Bila ditanya, pasti semua orang pengen sukses. Makanya banyak yang sekolah tinggi, lalu bekerja keras. Pergi pagi pulang malam, mungkin untuk menggapai mimpi suksesnya. Sukses, memang capaian yang diburu banyak orang. Katanya, pengen sukses dunia dan akhirat. Kenapa kerja sampai larut? Jawabnya, biar jadi orang sukses. Benar juga ya.
Tapi coba deh, main ke mal atau pustaka perbelanjaan. Apalagi mal kelas atas. Pasti di situ banyak orang sukses. Belanjaannya mahal-mahal, pakaiannya keren-keren. Tempatnya nyaman, bahkan tampak mewah kan. Tapi bila diperhatikan, justru sering ke mal yang “papan atas” malah bikin tidak nyaman di hati. Bukan apa-apa, di mal kalangan orang-orang berduit justru pengunjungnya semakin tidak mengindahkan etika berpakaian. Rok mini, baju mini, dan aneka mini-mini yang lain. Buat mata yang suka mungkin anugerah. Tapi buat mata yang tidak biasa malah jadi risih.
Jadi, sukses itu apa sih? Berhasil menggapai mimpi atau berhasil mengubah penampilan. Atau berhasil “masuk” ke ruang-ruang mewah? Mungkin ini yang patut kita renungkan. Ternyata, sukses itu tidak selamanya baik. Kembali kepada diri kita masing-masing. Sebagian orang berharap mencapai sukses agar bisa menutupi kehormatannya. Namun setelah kesuksesan diraih, justru kehormatannya semakin terbuka. Sebelum sukses pengen membantu orang tua, begitu sukses justru lupa orang tua. Sukses itu relatif dana anomali sih ya.
Seorang kawan, dulu cerita, hidupnya pengen sukses. Makanya sekolah dan kerja keras. Pengen bantu orang tua dan saudaranya, ehh begitu sukses malah jauh dari orang tua dan saudaranya. Ada lagi kawan yang bilang, pengen sukses agar urusan dunia terpenuhi lalu fokus urusan akhirat. Ehh, begitu sukses malah susah ditemui di dunia dan akhirat-nya pun terlupakan. Di otaknya cuma uang, uang, dan uang. Emang sukses itu uang ya?
Kamu pengen sukses nggak? Pengen ya. Hati-hati lho, Sekarang ini tidak sedikit orang yang bekerja keras dan punya banyak uang agar bisa menolong orang lain. Tapi nyatanya, begitu sukses malah tidak punya waktu untuk menolong orang. Kenal sama orang saja malah tidak, apalagi membantu. Semakin sukses malah jarang sedekah, sibuk dengan urusan bisnis katanya.
Ada pula yang sebelum sukses alias biasa-biasa saja masih suka ngejajanin temanya, mampir ke rumah yatim. Seolah hatinya berkata, “kalau gue banyak orang, bakal gue bantu semua orang”. Apa yang terjadi setelah suksess dan banyak uang? Ehh, malah sensitif dengan uang dan makin perhitungan. Banyak uang malah makin pelit, begitu diminta bantuan malah nasehatin orang untuk kerja keras dan jangan bermental pengemis. Emang begitu ya orang sukses? Kok malah aneh ya, makin sukses malah. Akin nggak waras.
Mungkin ada benarnya, nggak usah bercita-cita pengen sukses dalam hidup. Tapi bercita-citalah untuk selalu berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain. Banyak atau sedikit uang itu relatif. Yang penting tetap seimbang, tahu kapan cari uang tahu kapan berbagi uang. Seimbang dunia akhirat, seimbang lahir dan batin. Sambil terus memperbaiki niat dan hati, lalu ikhtiar menebar manfaat.
Belajar dari pengalaman di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, ternyata sukses itu harus berani mencari berani berbagi. Sukses itu nggak mungkin dicapai tanpa memperbanyak amal soleh. Makin banyak sedekah pasti makin sukses. Makin sering waktu dihabiskan untuk membantu orang lain pasti makin sukses. Makin banyak manfaat ditebarkan pasti sukses menghampiri.
Sukses, ternyata bukan cita-cita. Tapi sukses justru harus tahu ilmunya. Bila punya banyak nikmat dan uang harusnya bersyukur dan berbagi. Bila belum punya banyak uang ya perbanyak perbuatan baik sambil menebar manfaat, di mana pun dan hingga kapanpun.
Jangan pengen sukses tapi malah lupa segalanya. Jangan bilang sukses bila mengabaikan yang baik dan bermanfaat. Itu bukan sukses tapi mabuk. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen