Banyak orang hampir lupa. Kita sudah sampai di zaman begini. Ketika sebagian besar orang lebih suka memperbaiki hidup orang lain, tapi lupa bercermin pada hidupnya sendiri. Orang yang menyebut dirinya benar lalu menyalahkan orang yang lain. Lupa sudah. Untuk introspeksi diri dan mengoreksi diri sendiri. Atas perbuatan, sikap, kesalahan, dan omongannya yang tidak benar. Gagal mawas diri, gagal bercermin untuk diri sendiri.
Coba bayangkan, bila kita sedang menggibahi orang lain. Saat memusuhi dan memfitnahnya, tiba-tiba kematian menjemput kita. Mati saat berbuat keburukan, saat berpikir dan berbicara yang jahat. Apa yang terjadi? Masihkah berharap surga menghampiri kita? Saat berbuat baik saja belum tentu mendapat surga, apalagi mati dalam keadaan maksiat. Itulah pentingnya instropeksi dirisebelum memberikan nasihat atau menilai orang lain. Agar tetap istikomah dalam kebaikan, tawadhu, dan menjauh dari sikap angkuh lagi arogan.
Wahai diri ini. Bercerminlah sepenuh hati. Bukan untuk tampil baik dan dipuji orang lain. Untuk melihat kesalahan dan kekurangan diri sendiri. Untuk memperbaiki diri di waktu tersisa. Agar hidup ini tidak berterus-terusan merasa paling benar. Lalu menyakiti dan menzolimi orang lain, yang sama-sama ciptaan Ilahi Rabbi.
Wahai hati ini. Menunduklah sepenuh hati. Bukan untuk pura-pura bertakwa. Agar dipuji orang lain. Tapi justru untuk menghancurkan keegoisan yang merusak diri. Untuk menengok kebiasaan jelek bukan untuk berbangga diri. Membuang penyakit hati dan pikiran yang sudah membatu hingga kini. Agar bisa segera diobati. Agar tidak semakin mengeras dengan keangkuhan di hadapan orang lain dan Illahi Rabbi.
Wahai mulut ini. Bicaralah pada diri sendiri. Untuk lebih banyak menyebut nama-Nya. Karena apapun yang terjadi di dunia ini. Sama sekali tidak ada yang kebetulan. Karena semuanya sudah dalam kehendak-Nya. Inilah realitas yang Allah SWT inginkan untuk kita.
Duhai diri ini yang memiliki hati. Bukankah hidup ini hanya sebentar, iya kan? Muhasabahlah, bercerminlah. Mungkin sekarang bahagia. Tapi besok bisa terselip luka. Mungkin hari ini kita dipuji. Namun besok dicaci oleh orang yang sama. Mungkin hari ini kita bilang baik. Tapi besok, dijauhi karena satu kesalahan di matanya.
Jangan lupa. Hari ini sangat mudah kita disenangkan mereka dengan sanjungannya. Tapi besok, dipandang sebelah mata karena satu kekhilafan yang tidak disengaja. Hari ini dipanggil teman baik tapi besok digibahi seburuk setan yang dimusuhinya. Hari ini kita didekati. Tapi besok, satu demi satu mulai membenci.
Tidak apa-apa. Apapun boleh terjadi pada kita. Karena inilah cara Allah SWT membuat kita sadar atas kekurangan diri. Untuk berani meminta maaf bila salah, Untuk bersedia memperbaiki diri bila khilaf. Hisablah diri sendiri. Introspeksi diri untuk menjadi lebih baik. Menangislah seperlunya untuk memberikan ketenangan pada hati.
Tentang komentar, omongan, ejekan, gosipan dan pengkhianatan mereka, Biarkanlah karena itu bukan tanggung jawab kita. Karena siapapun tidak bisa mengontrol orang lain. Kita hanya bisa mengontrol diri kita sendiri. Cukup jadikan semuanya pelajaran berharga untuk mengenal siapa mereka. Jadikan sebagai momen untuk memperbaiki diri.
Dan untuk esok, jika kita masih diberi waktu dan berada di dunia yang fana ini. Teruslah berbuat baik. Perbaiki niat dan berdoalah tanpa lelah. Tetap mengabdi untuk bertakwa. Dengan sabar, ikhlas, dan tetap bersyukur. Sambil berhati-hati memilih majelis duduk. Berhati-hati memilih teman, makin hati-hati dalam berucap dan berbuat.
Duduklah di majelis duduk seperti taman bacaan. Hanya berpikir dan berbuat untuk kebaikan sesama. Membaca buku, bernasihat yang baik, dan membantu orang lain sebisa yang dilakukan. Sibukkanlah diri kita dengan kebaikan yang akan menuntun pada ketaatan. Senangkan Allah SWT, bila ingin disenangkan-Nya. Jauhi yang tidak bermanfaat dan mendekat kepada ladang amal yang ada.
Introspeksi diri, di majelis duduk taman bacaan. Agar kita tetap sama saat berdiri, tetap rendah di saat bersila. Ubah niat baik jadi aksi nyata. Dan bicaralah seperlunya, lalu diamlah jika bicara tidak lagi dibutuhkan. Karena esok, dunia ini tetap bertindak objektif. Bahwa orang yang baik akan mendapatkan kehidupan yang baik. Orang yang jahat akan mendapatkan kehidupan yang jahat. Begitulah kehidupan di sini. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka