Suatu kali, ada yang bertanya pada saya. Malu nggak berkiprah di taman bacaan, kan membaca urusan personal nggak usah dilembagakan jadi taman bacaan? Saya langsung jawab, nggak sama sekali.
Untuk apa harus malu. Membaca bukan cuma urusan buku, bukan cuma soal taman bacaan. Justru membaca jadi pelajaran penting hari ini, untuk mengajak anak-anak bersikap sabar terhadap buku bacaannya. Nggak usah terburu-buru dalam membaca. Nggak usah buru-buru dalam hidup. Rileks dan nikmati aja prosesnya. Beda dengan pengagum era digital, semuanya serba terburu-buru. Belum baca berita lengkapnya, sudah dipotong dan disebar-luaskan. Nggak lihat video lengkapnya, sudah dihujat. Tahunya sedikit omongnya banyak. Orang sekarang terlalu gampang menghakimi orang lain, terlalu banyak prasangka dalam hidup karena kurang baca, kurang sabar.
Zaman begini semuanya serba buru-buru, tergesa-gesa. Baru pacaran sebentar udah pengen nikah. Baru kerja sebentar, gayanya udah kaya sultan. Belum berproses udah pengen hasilnya. Terburu-buru. Rugi banget orang yang terburu-buru. Akhirnya nggak bisa menikmati hidup dan terlalu banyak momen indah dan bermanfaat yang terlewatkan. Karena buru-buru jadi dangkal, jadi gak tahu prosesnya seperti apa? Bahkan hilang kepeduliannya.
Maka nggak usah malu membaca buku, nggak usah malu ada di taman bacaan. Karena di dunia yang makin terburu-buru gini, justru TBM Lentera Pustaka memilih untuk tetap dekat dengan buku, tetap membimbing anak-anak yang membaca. Tetap menyulam dan merapikan anak-anak dengan cara membaca yang katanya “lama” agar tetap hidup dan mampu antisipasi apapun di zaman yang “baru”. Jangan malu membaca.
Jangan malu baca. Karena yang harusnya malu itu, orang yang tidak tidak baca tapi omongannya banyak. Orang yang tahunya sedikit tapi seperti tahu banyak. Kapan literat-nya?
Omongan itu nggak penting yang penting baca buku tapi kelihatan santai. Gaya itu nggak penting, yang penting itu banyak yang tapi kelihatan nganggur. Salam literasi #MaluBaca #TBMLenteraPustala #TamanBacaan #BacaBukanMaen