Hari ini banyak orang susah untuk tenang. Tidak sabar dan tergesa-gesa dalam segala hal. Berangkat kerja terburu-buru, makan siang terburu-buru, di lampu merah terburu-buru, bahkan ibadah pun terburu-buru. Kurang tenang, jadi sebab mudah panik dan emosional. Ehh, giliran main handphone justru tenang banget. Berlama-lama chat di HP sampai tertawa sendiri.
Sikap tenang, sudah jadi barang langka di zaman begini. Wajar terjadi kasus FS, penganiayaan MDS ke D, hingga 2 ibu yang tewas dan di cor di Bekasi. Semua terjadi karena pelakunya tidak bisa tenang. Mudah panik dan emosional. Maka terjadilah, derita hidup akibat tidak tenang.
Begitu pula kawan saya. Tanpa diminta, cerita sendiri. Merasa punya masalah banyak dalam hidupnya, ke sana ke mari hanya cerita ke orang lain. Tanpa ada solusi. Sikapnya tidak tenang, bahkan gerasa-gerusu. Obrol sana obrol sini, semuanya dianggap masalah. Akhirnya sampai sekarang, tetap saja gelisah dan masalah tidak kunjung selesai. Lagi-lagi, karena tidak tenang.
Mau tenang dan selesai masalah? Latihlah untuk jadi pribadi yang tenang. Sabar dan ikhlas menjalani semuanya. Masalah itu pasti ada pada siapapun. Tapi yang membedakan sikap tenang saat menghadapinya. Masalah itu, sejatinya bila tidak membuat kita mati ya membuat kita kuat. Jadi tenang saja, nikmati realitas yang ada sebagai latihan bersikap tenang.
Anda kurang tenang atau tidak tenang. Pasti masalah tidak akan selesai. Ceplok telor saja bila tidak tenang bisa nggak jadi. Apalagi hidup, bila tidak tenang mau gimana? Jangan-jangan selama ini kita salah mencari ketenangan.
Banyak orang lupa. Tidak ada yang bisa memberi ketenangan selain diri sendiri. Siapapun tidak bisa selalu mengontrol orang lain atau apa yang terjadi di luar dirinya. Tapi, kita pasti bisa mengontrol diri sendiri. Bila panik ya akan panik. Tapi bila tenang pasti memperoleh ketenangan. Maka apapun, jangan buru-buru bereaksi. Tapi belajarlah untuk tenang terlebih dulu sebelum merespons. Sekali lagi, tidak ada gunanya mencari ketenangan di tempat lain. Karena tenang, ada di diri kita sendiri.
Ketenangan itu bukan di teman, bukan pula di tongkrongan ngopi atau di media sosial. Ngobrol dengan teman, yang ada jadi gibah gosip bahkan fitnah. Boro-boro tenang, malah nambah dosa ya makin tidak tenang. Sumber ketenangan itu Allah SWT, bukan yang lainnya. “Dialah Allah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang beriman” (QS al-Fath 4).
Tenang dalam menghadapi berbagai cobaan dan ujian. Sambil tetap perbaiki niat, baguskan ikhtiar dan berdoa kepada Allah SWT. Terus kerjakan kebaikan di mana pun dan kapanpun. Dan jadikan Allah SWT sebagai yang pertama dan utama. Patuh dan taat kepada-Nya. Tidak yang lain, ketenangan hakiki diperoleh hanya dengan ketaatan kepada Allah SWT dan senantiasa mengingat-Nya. Sekaligus menjadi qurratul ‘ain, penyejuk dan penyenang hati.
Mau tenang, perbanyak mengingat-Nya. Bukan malah menjauhi atau melupakan-Nya. Teman dan orang lain justru nggak ada apa-apanya. Mereka lebih banyak mengajak kita melalaikan-Nya. Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (QS ar-Ra’d 28). Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka