Memacu Imajinasi dalam Menulis Kreatif

Saat sesi kuliah Menulis Kreatif kemarin, saya mengajak mahasiswa semester VI PBSI FBS Unindra untuk memacu imajinasi dalam menulis novel. Karena imajinasi bisa dibilang sebagai “nyawa” dalam menulis untuk sastra. Tanpa imajinasi, kisah atau cerita yang disajikan bisa jadi tidak menarik bahkan terkesan garing. Maka penting, pelajaran pertama saat menulis kreatif khususnya menulis novel adalah membangkitkan “daya khayal”. Imajinasi atau kemampuan untuk membayangkan atau menciptakan cerita.

 

Selain membutuhkan kreativitas, menulis kreatif sebagai aktivitas menulis dengan cara yang berbeda harus dilandasi imajinasi yang kuat. Apalagi karya sastra berbentuk novel, harus dimaknai sebagai karya yang memuat 1) kisah hidup manusia, 2) terjadi peristiwa yang luar biasa, 4) mampu menghadirkan konflik, dan 4) menjurus pada perubahan nasib tokohnya. Kekuatan imajinasi dalam menulis novel, pada akhirnya akan memengaruhi kemampuan penulis dalam menghadirkan ciri-ciri novel yang paling utama seperti alur atau plot yang kompleks, tema yang dinamis, dan tokoh dengan karakternya yang variatif.

 

Dalam suasanan perkuliahan yang rileks dan penuh tawa, mahasiswa pun diberi tahu cara untuk menghadirkan imajinasi dalam cerita novel. Seperti siapa tokoh utama yang akan diceritakan?, apa kisah kehidupan tokoh yang paling menonjol?, apa konflik yang terjadi? Hingga bagaimana perubahan nasib yang dialami tokoh utama? Apapaun bentuknya, novel serous atau novel hiburan, kekuatan imajinasi menjadi sulit dibantahkan dalam penulisan kreatif. Penulis novel sekaliber Andrea Hirata,  Habiburrahman El Shirazy, Asma Nadia patut diteladani kekuatannya dalam memacu imajinasi sehingga mampu melahirkan karya-karya novel yang luar biasa.

 

Novel-novel yang menarik, suka tidak suka, memang didukung oleh daya khayal yang spektakuler seperti 1) mampu mengangkat cerita yang unik, 2) akhir cerita yang memukau, karakter tokoh yang menonjol, 4) konflik yang realistis, 5) memuat pesan moral, dan 6) mampu membangun ikatan emosional dengan pembaca.  Karena itulah, karya sastra khususnya novel sangat membutuhkan imajinasi untuk membayangkan masa depan yang tidak ada.

 

Menulis kreatif adalah perbuatan, bukan pelajaran. Seperti imajinasi pun digunakan untuk mencipta bukan melarikan diri dari kenyataan. Atas dasar imajinasi yang dibangun dalam perkuliahan, mahasiswa semester VI PBSI FBS Unindra akan meluncurkan buku antologi cerpen berjudul “Terjebak Cinta” pada Minggu, 9 Juni 2024 di TBM Lentera Pusta Bogor. Sebuah Kumpulan cerpen yang menyebut “cinta sebagai satu-satunya penjahat yang memasang perangkapnya sendiri, memberinya umpan, lalu melangkah ke dalamnya untuk menjebak pemiliknya.”.

 

Jadi, imajinasi sangat penting dalam membuat cerita sastra, apapun bentuknya. Maka hiduplah dalam imajinasi ke depan, bukan sejarah masa lalu. Salam literasi #MenulisKreatif #MahasiswaUnindra #MenulisNovel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *