Siapa sangka di era digital yang canggih begini , masih ada kaum buta aksara atau buta huruf. Kaum ibu yang tidak bisa baca-tulis, bahkan tidak bisa menikmati hebatnya bermain gawai. Di mata kaum buta aksara, era digital dan kehebatan teknologi tidak ada maknanya. Karena semua dilakukan manual atau didatangi secara tatap muka. Tidak ada WA, SMS apalagi facebook atau Instagram.
Realitas itulah yang terjadi di Gerakan BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA) Taman Bacaan Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor. Diinisiasi oleh seorang dosen, Syarifudin Yunus, Pendiri Taman Bacaan Lentera Pustaka secara tidak sengaja bertemu dengan ibu buta aksara yang tidak bisa baca-tulis. Kini sudah 2,5 tahun berjalan program pemberantasan buta aksara di Kampung Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab, Bogor. Awalnya hanya diikuti 4 ibu warga belajar. Lalu, berkurang menjadi 2 ibu. Dan kini ada 9 kaum ibu tercatat sebagai warga belajar berantas buta aksara. Dengan fasilitas seadanya yang tersedia di taman bacaan, seminggu dua kali (Kamis dan Minggu) kaum buta aksara belajar baca-tulis secara rutin.
Dari awalnya tidak bisa menulis nama dan membuat tanda tangan, kini mereka sudah mampu menuliskan namanya sendiri dan tanda tangan. Terus belajar mengeja kata demi kata, hingga kalimat demi kalimat. Memang belum lancar tapi sudah bisa membaca kata demi kata dengan lenuh kesabaran. Belajar baca-tulis di mata mereka, memang ala bisa karana biasa. Agar terbebas dari belenggu buta aksara.
Adalah fakta, kaum ibu buta aksara di program, GEBERBURA Taman Bacaan Lentera Pustaka memiliki tingkat pendidikan 33% SD dan 67% SD tapi tidak lulus. Tergolong kaum prasejahtera atau miskin. Pekerjaanya hanya ibu rumah tangga atau pembantu rumah tangga. Ada motivasi kuat dari mereke untuk belajar baca-tulis. Agar dapat menemani anak-anaknya belajar, di samping meningkatkan harkat martabat sebagai ibu yang tetap mau belajar, apapun kondisinya.
Nyantanya pula, tangan kaum buta aksara tergolong kaku saat menulis. Bahkan mulut dan lidahnya pun agak berat saat mengeja kata. Butuh adaptasi dan kesabaran saat mengajar kaum buta aksara. Maka Taman Bacaan Lentera Pustaka pun menerapkan metode “BElajar dengan seNANG (BENANG)” pada kaum buta aksara. Diawali doa, selalu ada canda, senam gembira, dan selalu ada PR untuk membiasakan membaca dan menulis di rumah. Lebih dari itu, kaum ibu warga belajar pun sering diberi “hadiah” berupa seliter beras atau mie instan seusai belajar baca dan tulis. Tujuannya, agar mereka tetap mau datang belajar baca dan tulis ke taman bacaan.
Maka di Hari Aksara Internasional tahun 2022 in, ada pesan penting, Untuk terus peduli memberantas buta aksara, seberapapun angka statistik bicara. Mereka tetap kaum buta huruf yang tidak bisa menikmati kecanggihan teknologi dan era digital.Jangan jasihani mereka tapi bantulah mereka untuk bisa melek huruf, bisa membaca dan menulis.
Caranya, tentu dengan menjaga kemauan belajar baca dan tulis. Di samping janda4d tetap peduli kepada kaum buta aksara yang ada di dekat kita. Ubah setiap niat baik jadi aksi nyata. Salam literasi #GEBERBURA #TBMLenteraPustaka #BerantasButaAksara #TamanBacaan