Bila diamati, makin banyak orang sulit menahan diri dari berbuat jahat. Apalagi yang ada di tayangan TV atau media sosial. Seakan ada lomba bertindak buruk, berbuat jahat. Lalu, kenapa susah untuk menahan diri dari berbuat jahat?
Apabila terlintas di pikiran untuk melakukan sesuatu yang buruk, ada baiknya berpikir pula tentang akibatnya. Saat ingin berbuat zolim kepada orang lain, harusnya berhitung tentang konsekuensinya. Siapapun yang ingin berbuat jahat, tentu harus menanggung risikonya. Karena sekecil apapaun kejahatan dan kezoliman yang dilakukan, pasti akan kembali kepada orang yang melakukannya. Bahkan bisa jadi berdampak jangka panjang atas perbuatan jahatnya.
Perbuatan jahat atau pikiran buruk ya sama saja. Seperti bergosip, gibah, menebar aib orang lain, membenci, memusuhi hingga memfitnah, apapun motifnya akhirnya akan menjadi candu. Sulit berhenti dari berbuat jahat, di samping tidak ada manfaatnya sama sekali. Kecuali mendekatkan orangnya pada kemaksiatan. Lalu, kenapa banyak orang gagal menahan diri dari berbuat jahat?
Dalam riwayat disebutkan, di antara amalan yang paling utama adalah jihad fisabilillah, memerdekakan seorang budak, atau membantu orang yang fakir dan miskin. Namun bila tidak mampu melakukannya, maka Rasulullah SAW bersabda, “Engkau menahan diri untuk tidak berbuat kejahatan kepada sesama manusia, karena sesungguhnya yang demikian itu merupakan sedekah darimu untuk dirimu sendiri.” (HR. Al-Bukhari, No. 2518 dan Muslim No. 84).
Maka siapapun, menahan diri untuk tidak berbuat jahat itu lebih baik. Karena dengan menahan diri dari berbuat jahat, berarti ada kesadaran untuk menjadikan dunia sebagai tempat berbuat kebaikan dan kebajikan. Apapun alasannya.
Bila tidak biasa membantu dan meringankan beban orang lain, maka cukup untuk tidak menyusahkannya. Apalagi membuatnya jadi sedih. Berani untuk menahan diri agar tidak mengganggu dan menzolimi orang lain. Jangankan berbuat jahat, menhana diri untuk tidak bertanya hal-hal yang tidak disukai orang lain saja sangat dianjurkan.
Memang sih, berbuat jahat itu gampang bagi sebagian orang. Tapi berbuat baik pun sangat dianjurkan untuk diperjuangkan. Sebagai cerminan kemuliaan akhlak seseorang. Sebagai pembuka pintu-pintu kebaikan bagi yang mengamalkannya. Dan sesuatu yang baik memang harus dimulai diri sendiri. Seperti menahan diri dari berbuat jahat pun harus dari diri sendiri.
Seperti saya saat di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Setidaknya saya sedang menahan diri dari berbuat jahat. Untuk selalu bertindak baik dan menebar manfaat kepada sesama. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakata yang lebih baik. Karena siapapun yang sedang berbuat baik, maka dia sedang sedekah kepada dirinya sendiri. Untuk menggapai berkah dan ridho Allah SWT.
Kini, tinggal di tangan kita. Mana yang mau dipilih. Tetap gemar berbuat jahat atau beraih untuk menebar kebaikan di mana pun, kepada siapapun. Atau cukup diam dalam sabar dan syukur. Apapun pilihannya, pasti ada konsekuensinya. Tinggal tunggu waktu hingga tabir perbuatan kita terkuat di hadapan-Nya. Salam literasi!