Daripada sibuk menilai dan menghakimi orang lain, lebih baik menunjuk diri sendiri terlebih dulu. Apa kita sudah baik, sebelum menyebut orang lain buruk. Itulah subtansi dan pentingnya muhasabah diri, Muhasabah diri, untuk menilai diri sendiri sebelum menyalahkan orang lain. Bahwa kita sebagai manusia biasa, sebenarnya masih banyak sekali kurangnya. Kurang dalam beribadah kepada Allah maupun bermuamalah kepada sesama manusia.
Lalu, kenapa masih banyak orang yang merasa dirinya sempurna? Terlebih, memvonis orang lain buruk, sementara lupa menyebut diri kita pun belum baik. Terlalu gampang menyalahkan orang lain atas apa yang menimpa diri kita. Buka nada hukum “tabur tuai”, bahwa apapun yang dituai hari ini adalah hasil atau buah dari apa yang kita tabur di masa lalu.
Dalam satu kitab disebutkan, para Ulama terdahulu sama sekali tidak mau waktunya terbuang sia-sia. Mereka selalu memanfaatkan waktu untuk muhasabah diri. Untuk menghitung diri, seberapa banyak salah dan khilaf yang telah diperbuatnya pada setiap desahan nafasnya. Luar biasa, semuanya dikembalikan kepada dirinya bukan pada orang lain.
Qasim bin Asakir meriwayatkan dari Sulaim bin Ayub, “Aku mendengar kisah tentang beliau selalu mengintropeksi dirinya dalam setiap desahan nafasnya, beliau tidak pernah membiarkan waktu berlalu tanpa faedah, beliau pasti mengisinya baik dengan menulis, belajar, ataupun membaca, beliaupun biasa menggerak-gerakkan kedua bibirnya bahkan ketika memotong”. Begitu pentingnya muhasabah diri, pada setiap desahan nafas.
Maka apapun, lebih baik muhasabah diri. Agar kita tidak lagi menghabiskan diri untuk menyalahkan orang lain atau menilai orang lain. Lalu lupa menilai diri sendiri. Teruslah berjuang untuk selalu menjadi lebih baik, karena memang manusia tidak ada yang sempurna. Sangat lazim, siapapun untuk selalu memperbaiki niat, membagiuskan ikhtiar dan akhirnya memperbanyak doa yang baik. Sekali lagi, muhasabah diri.
Bahkan untuk para musuh dan pembenci kita sekalipun, jangan habiskan waktu dan tenaga untuk hal yang sia-sia, tidak ada manfaatnya. Jangan peduli apa kata orang, jangan pula menanggapi orang-orang yang berkomentar tidak baik tentang segala ikhtiar baik yang kita lakukan. Biarkan saja mereka mau berkata apapun, karena semuanya akan kembali kepada dirinya. Pikiran dan beragam kalimat negatif yang ditujukan kepada kita, semata-mata karena mereka sama sekali tidak tahu banyak tentang kita. Sama sekali tidak paham akan tujuan mulia yang kita rintis, bahkan tidak tahu sesulit apa perjalanan yang harus kita tempuh.
Lebih baik muhasabah diri. Jauhi iri hati, kedengkian, kebencian, kemunafikan, dan bahkan memutuskan silaturahim. Menebar teror dan intimidasi hanya untuk menyalah-nyalahkan orang lain, untuk apa? Sama sekali tidak ada gunannya, lebih baik muhassabah diri saja. Rintislah hari esok dengan penuh harapan, karena yang kemarin hanya jadi kenangan.
Dan ketika muhasabah diri, cukup tersenyumlah dan berlapang dadalah terhadap orang-orang yang berbuat buruk kepada kita. Sebab akhir yang indah dan surga di sana, hanya membutuhkan “hati yang bersih”. Maka jadikan hati kita selalu bersih, untuk selalu muhasabah diri dan memaafkan siapapun yang pernah berbuat salah. Semua dan apapun, pasti ada hikmahnya ada pelajaran di baliknya.
Cukup muahsabah diri, selebihnya diam. Itu lebih baik. Tanpa perlu menjelaskan apapun kepada mereka karena apapun yang kita kerjakan adalah tanggung jawab kita dan akan kembali kepada diri kita sendiri. Sungguh, hidup itu terlalu singkat dan tidak layak diisi dengan hal-hal buruk, tanpa mau muhasabah diri. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen