Ini sering terjadi, orang yang ngomongnya saja jahat. Ngomong yang tidak benar, ngomong yang kerjanya hanya mencari kesalahan orang lain. Sekalinya ngomong cuma untuk menjatuhkan orang lain. “Yang lalu itu nggak benar, hanya kongkalingkong. Saya harus benarkan” begitu contohnya. Terus, siapa yang menguji apa yang dikatakan dan dilakukannya benar? Begitulah orang yang kerjanya omon-omon, mungkin karena jarang bergaul.
Kok bisa orang ngomoning sejahat itu. Ternyata jawabannya sederhana. Omongan yang menyakitkan jarang lahir dari kebencian tapi lebih sering lahir dari rasa terancam. Orang yang merasa aman biasanya bicara dan bersikap dengan tenang. Tapi orang yang merasa takut selalu bicara dengan serangan atau menyalahkan orang lain.
Orang yang jahat omongannya, sering terjadi bukan karena orang lain, melainkan karena merasa tidak percaya diri. Merasa tidak aman terhadap dirinya sendiri. Harga dirinya merasa terancam, takut tersaingi atau merasa posisinya tidak aman. Konsekuensinya, keberhasilan atau kebaikan orang lain terasa seperti ancaman. Untuk meredakan perasaan itu, ia terpaksa mencari kesalahan orang lain agar dirinya tampak “lebih benar” atau “lebih unggul”.
Ngomong jahat jadi lebih gampang di mata orang yang bergaya raogan dan subjektif. Mencari kesalahan orang lain dianggap kepuasan dan sebagai cara memindahkan fokus dari kekurangan dirinya sendiri. Kerjanya, menyalahkan atau meremehkan. Seolah-olah apa yang diperbuatnya (padahal baru seumur jagung), kesannya biar dibilang hebat atau wah. Ternyata, ada orang yang gayanya begitu.
Hati-hati di lingkungan kerja atau komunitas, ada orang yang “baru gede” tapi takut tersisih dan takut tidak dianggap penting. Sehingga cenderung menyerang orang lain. Niatnya hanya memegang kendali dan menanamkan pengaruh. Alias takut kehilangan control atas orang lain. Berbeda dengan orang yang tenang, kerjanya fokus dan tidak sibuk menghakimi. Tidak mudah terganggu oleh perbedaan dan lebih fokus memperbaiki diri. Tapi punya sikap untuk menjauhi atau menghindar dari orang-oramg yang ngomongnya jahat.
Kok ada orang yang ngomongnya sejahat itu? Karena tidak percaya diri, tidak pula punya prestasi bahkan konflik batin dalam dirinya sendiri belum selesai. Bicaranya pedas karena takut dianggap salah, takut ketahuan salahnya. Kadang nada suaranya naik karena panik. Cemas berlebihan untuk mempertahankan apa yang nggak layak didapatkan. Maka wajar, kata-katanya jahat dan sering melukai orang lain.
Jadi kalau mendengar ucapan yang bikin dada sesak, ingat yang rebut itu bukan mulutnya tapi hatinya. Dan hati yang ribut biasanya hanya butuh satu hal yaitu rasa aman. Maka tugas kita bukan membalas luka dengan luka. Tapi tetap memilih jadi versi terbaik dari diri sendiri. Karena di tengah dunia yang bising, hadirnya satu orang yang tetap lembut dan waras bisa jadi sumber ketenangan bagi banyak jiwa.
Orang yang ngomongnya jahat, biasanya bukan lahir dari kebencian. Tapi berakar pada ketakutan dan ketidak-percayaan diri, bukan kebenaran. Maka, ketika menghadapi orang seperti itu, kita belajar dua hal: 1) tidak perlu selalu membela diri dna 2) memahami bahwa masalahnya sering bukan pada kita, melainkan pada rasa terancam pada dirinya sendiri.









