Entah kenapa, di negeri ini, terlalu gampang soal remeh-temeh jadi trending topic. Sebuat saja, si Saipul Jamil keluar penjara. Seantero media sosial langsung ramai membahasnya. Dulu ada keributan nasional soal kata “anjay”. Apalagi di grup-grup WA, banyak banget soal-soal yang tidak penting jadi bahan pembicaraan. Saat apapun dibahas berlebihan, maka saya menyebutnya “orang-orang lebay”.
Makin ke sini, ternyata orang-orang lebay makin banyak. Orang-orang yang terlalu gampang mempersoalkan masalah yang tidak penting. Jangankan untuk negara, untuk dirinya sendiri pun tidak ada gunanya. Orang-orang lebay, mereka hanya fokus pada masalah bukan pada solusi.
Sekolah dan belajar daring di masa pandemi jadi masalah. Dianggap dunia Pendidikan tidak siap. Sekarang giliran disuruh belajar tatap muka, tetap saja jadi masalah. Dianggap dunia pendidikan tidak siap terapkan prokes. Orang-orang lebay, bikin bingung. Selalu saja ada yang dijadikan masalah. Lebay banget.
Dan bila dicermati, orang-orang lebay itu. Ternyata yang soal yang dipermasalahkan itu bukan ide atau gagasannya. Tapi mereka justru tidak suka kepadda orangnya. Jadi topik apapun, yang diperangi bukan masalahnya. Tapi yang diperang orangnya, yang disalahkan manusianya. Coba dicek deh, soal-soal yang jadi trending.
Anehnya, si orang-orang lebay. Atas nama kepedulian, lalu ikut berkomentar dan membahasnya panjang lebar. Seolah-olah dia yang paling benar. Sementara semua orang yang tidak disukainya pasti salah. So peduli padahal lebay. Cara dan omongannya justru dilebih-lebihkan. Plus ditambah bumbu ilmiah dan teori sedikit. Maka jayalah orang-orang lebay.
Orang-orang lebay. Gayanya persis, seperti orang dengar lagu pop. Tapi jogetnya heboh kayak lagu dangdut. Akibat PPKM tidak bisa ke mall atau ke kafe. Tapi teriak paling merana sedunia. Cuma keserempet sepeda, bilangnya keserempet motor. Orang-orang lebay memang kerjanya melebih-lebihkan. Mentalitasnya seperti “korban” atas soal apapun. Bila hari ini, banyak anak kecil saat bicara seperti orang dewasa. Atau sebaliknya, banyak orang dewasa saat berkomentar seperti anak kecil. Itulah ciri-ciri orang lebay. Tidak bijaksana, tidak pula mampu berpikir positif. Semua dilihat dari persfektif negatif. Tidak objektif karena lebay.
Oang-orang lebay kian bertebaran.
Lebay itu artinya melebih-lebihkan; membesar-besarkan. Lebay, itu bukan kata baku dalam bahasa Indonesia. Kalau di “kitab gaul”, lebay itu berarti “terlalu berlebihan”, melebih-lebihkan sesuatu dengan tidak sewajarnya. Istilah “lebay” ini muncul sekitar tahun 2006-an. Tapi kata orang-orang lebay itulah “kepedulian”. Orang lebay tidak tahu arti kata “peduli”. Peduli itu artinya mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan. Orang tidak peduli itu terjadi saat dia asyik memperkaya diri tapi orang lain tetap menderita. Jadi, bila peduli maka lakukan aksi nyata untuk tuntaskan masalah. Bukan hanya komentar tanpa berbuat apapun. Apalagi melebih-lebihkan, itu mah lebay.
Orang-orang lebay pasti berbeda dengan orang-orang taman bacaan.
Saat satu daerah tidak punya akses bacaan. Orang lebay hanya bilang “pemerintah ke mana?”. Anak putus sekolah atau ibu-ibu buta huruf dianggap tanggung jawab pemerinta semata. Orang lebay mampu melihat masalah tanpa bisa berindak untuk solusi. Sementara orang-orang taman bacaan. Justru hanya bisa prihatin dan ikut terjun langsung. Menyediakan akses bacaan anak dan mengajar kaum buta huruf. Agar mereka terbebas dari belenggu putus sekolah atau buta huruf. Orang-orang taman bacaan hanya fokus ikhtiar dan mencari solusi atas masalah. Sementara orang-orang lebay hanya bisa mempermasalahkan tanpa ada solusi sama sekali. Banyak omong tapi kosong.
Kenapa jadi lebay?
Karena orang-orang lebay itu hanya “menganggap dirinya benar sendiri”. Sementara orang lain selalu salah. Intinya, orang-orang lebay itu tidak mau mengakui keberadaan orang yang tidak disukainya. Di mata orang lebay, bangs aini boleh maju asal jangan di tangan musuhnya. Karena prinsip orang-orang lebay itu sederhana. Terus berjuang untuk mimpi-mimpinya dan menolak keras apapun yang tidak disukainya.
Lebay. Mimpi itu gampang, yang susah merealisasikannya. Komentar itu mudah, yang sudah melakukannya. Menyalahkan itu gampang, yang susah itu mengakui kebenaran. Maka wajar, siapa pun gampang memporak-porandakan arti persatuan. Tapi yang susah itu, “mempertahankan apapun yang sudah bangsa ini raih”. Orang-orang lebay, lupa bersyukur tapi selalu kufur.
Jadi, tidak usah lebay. Tidak perlu berlebihan melihat suatu masalah. Rileks saja asal tetap ikhtiar dan doa. Jangan komentar baik tapi niatnya buruk. Karena tidak ada hidup tanpa masalah. Semua sudah ada jalannya. Maka tetaplah realistis dan berlapang dada. Tetap ikhtiar dan berdoa agar semua bisa lebih baik. Kerjakan saja yang baik, tidak perlu membesar-besarkan. Agar tidak lebay.
Stop berjiwa lebay. Apapun masalahnya, tidak usah dilebih-lebihkan. Dengar lagu pop kok jogetnya seperti dangdut, itu lebay. Lenay itu tidak literat. Salam literasi. #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #KampungLiterasiSukaluyu