Orang-orang Taman Bacaan, Jangan Tertipu oleh Bungkusnya Lupa pada Isinya

Suatu kali, kawan saya ngotot banget untuk makan siang di resto yang katanya lagi viral. Setiba di resto itu, dia memesan beberapa makanan. Setelah dicicipi, ternyata makanannya tidak enak. Dia marah-marah, katanya udah mahal nggak enak lagi makanannya. Saya pun hanya tersenyum saja. Membiarkan dia ngedumel, biar nggak stres. Itulah contoh “tertipu oleh Bungkusnya, lupa pada isinya”.

 

Mungkin hari ini, tidak sedikit orang yang tertipu hanya pada bungkusnya. Padahal, isinya tidak enak atau tidak bermanfaat. Penampilannya keren tapi akhlaknya nggak ada. Omongannya hebat tapi aksinya kosong. Senyumannya memesona tapi hatinya busuk. Jadi, mau bungkusnya apa isinya? Lontong itu yang enak isinya, kalau bungkusnya cuma daun pisang. Iya nggak?

 

Tertipu bungkusnya, terlupa isinya. Ranjangnya sih mewah tapi tidurnya nggak pernah nyenyak. Karena terlalu banyak urusan dan segalanya rupa mau dikejar. Stres tiap hari. Tampilannya sih jetset alias mewah tapi hatinya gundah gulana. Nggak pernah tenang, kerjanya keluh-kesah. Bungkusnya doang yang bagus tapi isinya berantakan. Mendingan makan sagon sambil ngomong deh …

 

Bungkus ya bungkus, isi ya isi. Tidak akan pernah tertukar. Buat apa cantik tapi akhlaknya rusak. Buat apa pula tampak bila kepribadiannya bobrok. Zaman begini banyak resto tempatnya mewah view-nya bagus. Tapi makanannya nggak enak dan pelayannya nggak ramah. Mahal lagi, tertipu mana bungkus mana isi?

 

Literat itu bisa bedakan mana bungkus mana isi. Sikap itu lebih penting daripada fakta. Apa adanya itu isi, ada apanya itu bungkus. Senyum itu bungkus, hati baiknya itu yang isi. Membaca buku itu bungkus, pengetahuan itu isi. Taman bacaan itu bungkus, aktivitas yang konsisten itu isinya. Ngomong doang itu bungkus, aksi nyata itulah isinya. Pangkat dan jabatan pun hanya bungkus, tapi pengabdian dan manfaatnya itu isi. Maka kharisma atau fisik pun cuma bungkus. Tapi Akhlakul karimah itulah isinya. Spirit itulah yang selalu dijaga pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Selalu berbuat baik dan menebar manfaat melalui kiprah sosial di taman bacaan. Terserah orang mau ngomong apa, the show must go on!

Dunia itu cuma bungkus. Akhirat itulah isinya. Mau bawa bekal apa setelah mati? Berbuat baik ogah, menebar manfaat nggak mau, sedekah jarang, ngomongin orang rajin, ghibah sering, peduli sosial cuma di mulut, jangan sholat juga jarang. Giliran doa, mintanya surga? Hellow, udah lupa ya mana bungkus mana isi. Nggak literat banget.

 

Tampilannya doang bagus, isinya jelek. Tertipu oleh Bungkusnya, lupa pada isinya. Maka janganlahmati-matian mengejar dunia. Toh, tidak dibawa mati. Nggak usah bilang diri kita baik bila perbuatan sehari-harinya buruk. Jangan bangga punya banyak teman, bila pergaulan nggak ada manfaatnya. Hindari yang sia-sia, batasi yang tidak berguna, dan lakukan yang baik lagi manfaat seperti di taman bacaan.

 

Fokus pada isi, bukan bungkus. Jangan terlena pada casing-nya, bila “lemot” mesinnya. Biasakan melihat isi bukan hanya sekedar bungkusnya saja. Tetaplah rendah hati, sederhana, dan bersahaja asal isinya bagus. Biarkan saja orang-orang yang hanya senang di bungkusnya, di penampilannya doang. Nanti juga ada waktunya”bungkus” akan terbakar menjadi kepulan asap belaka. Jadilah literat #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka