Masih banyak pekerja di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) yang sama sekali tidak memiliki perencanaan hari tua. Selain terlau mengandalkan tabungan konvensional, urusan masa pensiun masih dianggap sepele. Oleh karena itu, pekerja pada umumnya tidak memiliki gambaran terhadap kondisi hari tuanya sendiri.
Untuk itu, Syarifudin Yunus, peneliti dana pensiun dari DPLK Sinarmas Asset Management sekaligus dosen Universitas Indraprasta PGRI melakukan penelitian bertajuk “Analisis tingkat kesiapan pensiun pekerja biasa di Jabodetabek dan tantangan industri dana pensiun di Indonesia” dengan melibatkan 100 pekerja di Jabodetabek melalui pendekatan mix method pada Agustus 2025. Tujuannya, untuk memetakan tingkat kesiapan pensiun pekerja biasa di Jabodetabek dan tantangan industri dana pensiun di Indonesia.
Ternyata, hasil penelitiannya menyebutkan tingkat kesiapan pensiun pekerja biasa di Jabodetabek tergolong rendah, 55% pekerja tidak yakin bisa memenuhi biaya hidup di hari tua akibat penghasilan sekarang dianggap pas-pasan dan tidak punya gambaran biaya hidup yang diperlukan di masa pensiun. Hanya 18% pekerja yang memiliki preferensi benar-benar mau menikmati masa pensiun, sedangkan 47% pekerja ingin membuka usaha kecil-kecilan dan 24% pekerja belum tahu akan seperti apa di masa pensiun.
Dari sisi tingkat kesadaran, 97% pekerja di Jabodetabek mau menyisihkan gaji untuk masa pensiun akibat takut miskin di hari tua. Bahkan 59% dari pekerja mampu menyisihkan iuran antara Rp. 100.000 s,d. Rp. 500.000 per bulan untuk dana pensiun. Sebagian besar atau 41% pekerja memiliki produk keuangan berupa tabungan di bank dan 39% produk keuangan lainnya, dan hanya 8% yang punya dana pensiun.
“Penelitian dana pensiun kali ini saya lakukan untuk cari tahu seberapa siap pekerja di jabodeatebk untuk pensiun? Terbukti 55% tidak siap, bahkan tidak punya gambaran mau seperti apa di masa pensiun. Tapi sebenarnya mereka punya kemampuan untuk menabung di dana pensiun. Karena takut miskin id hari tua” ujar Syarifudin Yunus, peneliti dana pensiun DPLK SAM saat merilis temuannya (28/5/2025).
Akibat tidak siapnya pekerja, maka memberi tantangan industri dana pensiun di Indonesia untuk mencari solusi dalam hal 1) meningkatkan kepesertaan dana pensiun, 2) memacu literasi dan kesadaran pekerja, 3) mengoptimalkan kinerja investasi, 4) menyediakan akses digital, dan 5) mengkampanyeka potensi risiko demografi tentang kemiskinan di hari tua. Industri dana pensiun dituntut untuk membuat produk yang fleksibel dan terjangkau bagi pekerja. Edukasi yang masif, ketersediaan akses digital, dan kebijakan yang inklusif adalah kata kunci untuk menjadikan pekerja lebih siap pensiun dan terhindar dari kemiskinan di usia tua.
Mau tidak mau, ketidaksiapan pekerja menghadapi masa pensiun patut mendapat perhatian khusus. Faktanya, masih banyak pekerja di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) yang sama sekali tidak memiliki perencanaan hari tua. Selain terlalu mengandalkan tabungan konvensional, urusan masa pensiun masih dianggap sepele. Hasil penelitian dana pensiun oleh Syarifudin Yunus yang berjudul “Analisis Kesiapan Pensiun Pekerja Biasa di Jabodetabek dan Tantangan Industri Dana Pensiun di Indonesia” sudah dipublikasi pada Jurnal Ilmiah JiMaKeBiDi (Jurnal Inovasi Manajemen, Kewirausahaan, Bisnis dan Digital0 Volume 2, Nomor 3, Agustus 2025 pada 28 Agustus 2025 dengan link sebagai berikut:
https://ejournal.arimbi.or.id/index.php/JIMaKeBiDi/article/view/776
Ke depan, Indonesia akan menghadapi penuaan populasi (aging population) di mana tren penduduk usia tua akan meningkat. Maka meningkatkan kesiapan pekerja menghadapi masa pensiun menjadi urgen untuk ditingkatkan. Sebagai solusinya, pekerja harus berani untuk menyiapkan masa pensiunnya sendiri khususnya melalui DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Karena melalui DPLK, pekerja nantinya akan 1) memiliki pendanaan yang pasti untuk hari tua, 2) mendapatkan hasil investasi yang optimal selama menjadi peserta, 3) mendapat manfaat pajak saat manfaat dibayarkan, dan 4) jadi lebih disiplin menabung untuk hari tua. Jadi, dana pensiun memang seharusnya tidak dilihat sebagai beban melainkan komitmen untuk mempersiapkan kesejahteraan di masa pensiun. Salam #YukSiapkanPensiun #DPLKSAM #EdukasiDanaPensiun