Pertanyaan Literat, Yang Maha Tahu Itu Siapa?

Yang Maha Tahu itu siapa? Itu pertanyaan literat. Karena sekarang, makin banyak manusia yang bertindak merasa serba tahu bahkan sok tahu. Reshuffle kabinet dikomentarin, dianalisis. Pilpres masih tahun 2024, komnetator sudah bicara begini-begitu. Buru-buru deklarasi kandidat, bikin koalisi partai dan segala rupa. Ujungnya hanya bahas orang, bukan gagasan atau visi ideologis. Lupa ya, pilpres itu bukan soal orang tapi soal gagasan. Mau di bawa ke mana bangsa Indonesia?

 

Jadi, Yang Maha Tahu itu siapa?

Saya dan kita seharusnya sadar. Siapapun mestinya eling. Manusia sering kali menganggap semua persoalan bangsa itu bisa selesai dengan logika. Bahwa masalah kehidupan bisa tuntas karena otak. Harusnya begini, mestinya begitu. Semua dianalisis, dikaji, dan dikomentarin. Seolah-olah, manusia itu jadi makhluk yang paling tahu. Terlalu menuhankan otak, terlalu percaya pada logikanya sendiri. Logika itu sangat subjektif, bahkan kadang sesat.

 

Ini terjadi karena logika. Bahwa untuk mencukupi kebutuhan hidup itu harus bekerja. Agar punya uang dan bisa ngapa-ngapain. Apa iya begitu? Coba lihat di luar sana, banyak kok orang-orang yang bekerja tapi tetap tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka kita harus sadar, bekerja bukan segalanya untuk hidup. Bekerja itu ikhtiar manusia sekaligus aktualisasi diri secara sosial. Yang tahu dan akan memenuhi kebutuhan hidup kit aitu hanya Allah SWT. Renungkanlah, sabgat banyak hasil kerjaan kita tapi tetap tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup?

 

Lagi-lagi logika jadi sebab sok tahu. Kita menganggap untuk tetap energik dan fit setiap hari. Maka kita diharuskan olah raga, menjaga pola makan, dan mengkonsumsi. Apa harus begitu? Tidak selalu kok, olah ragawan bila saatnya sakit pun harus terbaring. Yah namanya manusia, pasti ada sehat ada sakitnya. Itu hukum alam, agar seimbabang dalam hidup. Sambil melatih sikap ikhlas dan sabar. Bahwa Allah SWT Yang Maha Tahu segalanya, bahwa semua yang terjadi sangat pantas untuk hamba-Nya.

 

Entah kenapa, banyak manusia percaya. Bahwa logika manusia sering dianggap mampu memberikan jawaban atas setiap masalah. Makin lupa, logika yang menguasai segalanya pun sebuah kesombongan. Arogansi cara berpikir atas segala hal. Seakan-akan karena logika, manusia jadi tahu segalanya. Jangan lupa, apapun yang ada di dunia ini. Cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, tapi tidak akan pernah cukup untuk memenuhi keserakahan manusia.

 

Hanya mengingatkan saja. Bahwa yang lebih tahu kebutuhan manusia itu hanya Allah SWT. Yang Maha Tahu itu Allah SWT. Logika manusia itu tidak cukup untuk menyelesaikan satu masalah. Apalagi menuntaskan semua masalah. Manusia literat itu tidak menuhankan logika. Tapi cukup istikomah untuk memperbaiki niat, memperbagus ikhtiar, dan memperbanyak doa kepada Allah SWT. Maka membaca buku di taman bacaan pun, bukan untuk pintar apalagi mengetahui segalanya. Tapi sebagai ikhtiar untuk mampu memahami realitas dan mengisi waktu untuk perbuatan baik.

 

Maka untuk itu semua. Jangan jauh-jauh dari Allah SWT. Agar kita selalu dimudahkan dalam segala urusan. Agar kita dicukupkan oleh-Nya, disehatkan oleh-Nya. Sehingga Allah limpahkan nikmat dan karunia yang lebih besar dibandingkan sekadar hitungan logis manusia.

 

Sudah saatnya, siapapun janga terlalu percaya pada logika. Tapi cukup untuk meningkatkan ketakwaan sambil bersyukur dan bertawakal kepada Allah SWT. Dan tetap ikhlas dan sabar dalam menjalani kehidupan. Karena Allah SWT berfirman, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS. At Talaq 65:2-3).

 

Jadi, Yang Maha Tahu itu siapa? Apalagi yang maha benar, pasti bukan netizen. Salam literasi #PeguatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *