Pernah kepikiran nggak, sepertinya waktu berjalan begitu cepat? Baru kemarin tahun 2023, sekarang kita sudah berada di tahun 2024. Sudah bikin resolusi baru untuk tahun ini, padahal resolusi dna rencana tahun 2023 lalu saja banyak yang nggak terlaksana. Sulit dibantah, memang waktu berjalan begitu cepat. Bahkan waktu yang sudah berlalu pun nggak akan mungkin dipanggil kembali.
Bukti sederhana, waktu berjalan sangat cepat. Adalah bertambahnya usia. Belum apa-apa sudah 30 tahun, 40 tahun atau 50 tahun. Usia tersu bertambah dan semakin menua, sementara pikiran dan perilaku bisa jadi belum berubah. Masih begitu-begitu saja atau begini-begini saja. Waktu terus bergulir tapi keadaan tetap-tetap saja. Dibilang maju nggak, dibilang mundur nggak mau juga. Ya, berarti stagnan, alias tetap di koordinat nol.
Makin ke sini mamin sibuk. Tapi untuk urusan yang nggak karuan. Mencemaskan hal-hal yang nggak perlu dicemaskan. Menyuruh orang lain berubah tapi diri sendiri belum mau berubah. Akhirnya waktu yang disalahkan, seandainya dulu seandainya kemarin. Waktu terus melangkah maju tapi pikiran tetap ada di masa lalu. Semakin berat mengimbangi waktu yang terus bergerak.
Tiap hari sibuk. Ngerumpi dan ngobrol nggak karuan bareng teman-teman. Hingga lupa waktu sholat, lupa pada apa yang jadi tanggung jawab dan kewajibannya. Sibuk bergosip di waktu istirahat, hingga habis waktu tanpa berbuat apapun. Tiap menit asyik nge-chat di grup WA, entah apa yang dikomentarin. Sibuk scrolling handphone di media sosial Cuma untuk mengintip aktivitas orang lain. Sampai lupa belum sholat. Bahkan membaca kitab suci pun nggak tersentuh sama sekali. Lalu bilang, waktu berjalan begitu cepat?
Hasan Al Bashri RA pernah bernasihat, “Ketahuilah, diantara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Dia jadikan ia sibuk dengan perkara yang tak bermanfaat.“ (Attamhid: 9/200). Jadi, semakin kita sibuk dengan urusan yang nggak bermanfaat maka itu pertanda kita sedang dipalingkan. Dijauhkan dari hal-hal baik dan bermanfaat, apalagi mendapat berkah-Nya. Hati-hati, bila semakin sibuk untuk urusan yang nggak ada manfaatnya.
Sebaiknya, jangan bilang lagi waktu berjalan begitu cepat. Tapi mulailah untuk mengambil sikap. Untuk berbuat yang baik dan menebar manfaat, apapun bentuknya. Aktivitas sosial, bersedekah, mengaji atau minimal membaca buku yang berkualitas. Jauhi pergaulan yang hanya “kamuflase” dan nggak mengajak ke arah yang lebih baik. Batasi diri untuk hal-hal yang nggak penting dan nggak prioritas. Karena waktu kan berjalan begitu cepat. Mau apa lagi bila nggak berbuat bai dan menebar manfaat?
Jangan salahkan waktu. Tapi bersegeralah untuk memperbaiki diri. Mumpung masih ada waktu, masih diberi umur panjang. Seperti yang saya lakukan kini, mengabdi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Hanya untuk menambah amal dengan berbuat baik dan menebar manfaat melalui aktivitas taman bacaan. Mengajak anak-anak membaca buku, mengajar kaum buta huruf, bahkan menjalankan aktivitas motor baca keliling kampung. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Penuh komitmen dan konsisten hingga kini, atas nama kemanusiaan dan kepedulian sosial.
Sudah saatnya memilih aktivitas yang baik dan bermanfaat. Sudah saatnya pula memilih dan memilah informasi yang positif. Jangan malah bingung dan cemas gara-gara kebanyakan informasi, kebanyakan main media sosial. Karena saat bilang waktu berjalan begitu cepat, bisa jadi kita sedang dipalingkan dari kebaikan. Makin jauh dari-Nya, makin cita urusan dunia. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka