Siapa pun pasti punya akal. Maka tidak sedikit dari mereka yang berlomba. Membangun argumentasi agar diterima akal. Apapun dibuat jadi masuk akal. Tapi sayangnya, sangat sedikit yang berpegang pada akal sehat. Masuk akal tapi bukan akal sehat. Contohnya, sangat masuk akal bila walikota punya gaji dan rumah dinas. Bahkan semua hidupnya ditanggung biaya daerah alias APBD. Tapi bila si walikota masih korupsi dan kena OTT KPK. Itu berarti tidak punya akal sehat.
Apapun, dibuat masuk akal itu sudah biasa. Tapi berpegang pada akal sehat adalah tidak biasa. Jadi apa yang mau dijadikan pijakan dalam hidup? Masuk akal atau akal sehat? Tentu, terserah orangnya.
Suatu kali, ada yang bertanya kepada saya. Untuk apa bikin taman bacaan? Toh, anak-anak yang membaca bukan anak kita, mau bodoh mau pintar ya urusan mereka?
Buat saya, pertanyaaan itu egois. Karena diajukan atas dasar masuk akal. Tapi tidak berpegang pada akal sehat. Terus bila buka anak yang yang baca, apa saya tidak boleh sediakan akses membaca anak-anak kampung. Bahkan daerah di Taman Bacaan Lentera Pustaka di Desa Sukaluyu di kaki Gunung Salak Bogor itu pun bukan tanah kelahiran saya. Apa saya tidak boleh mengabdi dan berbuat baik lewat taman bacaan di situ.
Saya sadar kok. Bahwa tiap manusia itu lebih suka berbuat baik dan berada di jalan yang lurus. Tidak suka berada di jalan yang berliku apalagi di jalan yang bengkok. Bila begitu, maka dibutuhkan ikhtiar untuk berbuat baik. Tidak cukup hanya niat baik. Dan mungkin, taman bacaan adalah jalan saya untuk berbuat baik kepada sesama. Lagi pula, taman bacaan bukan untuk jadikan anak-anak pintar. Tapi untuk sediakan akses buku bacaan, di samping mengimbangi waktu anak-anak untuk kegiatan yang positif. Membaca buku, bergaul dengan adab, dan optimis dalam menatap masa depan. Sekalipun dalam keadaan miskin atau terancam putus sekolah.
Siapapun, mungkin anak-anak di taman bacaan itu sendiri. Tidak akan pernah tahu seperti apa masa depannya. Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi esok. Maka taman bacaan hanya menemani mereka berjuang untuk menjadi lebih baik. Agar tetap punya secercah harapan buatnya. Taman bacaan itu jalan ukan tujuan.
Jujur saja, bila taman bacaan orinetasinya masuk akal. Mungkin TBM Lentera Pustaka sulit berkembang. Karena berbasis ego dan obsesi. Tapi karena program dan aktivitasnya dibuat orientasinya “akal sehat”, maka kini terus berkembang. Dari awalnya tahun 2017 hanya sekadar taman bacaan, kini mengelola 11 program literasi lainnya seperti:1) GEBERBURA (GErakan BERantas BUta aksaRA) yang diikuti 9 warga belajar buta huruf agar terbebas dari belenggu buta aksara, 2) KEPRA (Kelas PRAsekolah) dengan 26 anak usia prasekolah, 3) YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, 4) JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 8 jompo usia lanjut, 5) TBM Ramah Difabel dengan 3 anak difabel, 6) KOPERASI LENTERA dengan 28 ibu-ibu anggota koperasi simpan pinjam agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga tinggi, 7) DonBuk (Donasi Buku), 8) RABU (RAjin menaBUng), 9) LITDIG (LITerasi DIGital) untuk mengenalkan cara internet sehat, 10) LITFIN (LITerasi FINansial), dan 11) LIDAB (LIterasi ADAb) untuk mengajarkan adab ke anak-anak seperti memberi salam, mencium tangan, berkata-kata santun, dan budaya antre. Tidak kurang dari 250 orang menjadi penerima layanan literasi TBM Lentera Pustaka setiap minggunya.
Alhamdulillah, pada tahun 2021 lalu, TBM Lentera Pustaka menorehkan berbagai prestasi, seperti: 1) Terpilih “Jagoan 2021” dari RTV (tayang 29 Des 2021), 2) Sosok Inspiratif Spiritual Journey dari PLN (Okt 2021), 3) Terpilih “31 Wonderful People 2021” dari Guardian Indonesia (24 Sept 2021), 4) Terpilih “Ramadhan Heroes” dari Tonight Show NET TV (6 Mei 2021), dan 5) Terpilih program “Kampung Literasi 2021” dari Dit. PMPK Kemdikbud RI (14 Nov 2021).
Berbekal akal sehat, taman bacaaan hanya ingin terus berbuat baik. Menjadi lebih baik dari sebelumnya, dari waktu ke waktu. Karena tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu. Dan tidak pula ada orang jahat yang tidak punya masa depan. Maka tetaplah berbuat baik kepada siapapun, apalagi yang membutuhkan bantuan kita. Tanpa peduli masa lalunya, tanpa peduli keadaannya.
Siapa pun menjadikan apapun masuk akal silakan. Tapi taman bacaan hanya menjadikan aktivitasnya tetap bertumpu paa akal sehat. Agar ada hati yang terlibat dan diikutkan saat akal bekerja. Agar akal tetap mampu membedakan mana yang manfaat dna mana yang tidak bermanfaat. Tidak cukup hanya mana yang baik dan manya yang buruk. Bukan sekadar urusan dunia tapi juga akhirat.
Untuk apa ilmu tinggi tanpa diamalkan. Untuk apa harta banyak tanpa dibelanjakan untuk membantu orang lain. Ubah niat baik jadi aksi nyata. Maka di taman bacaan, selalu ada akal sehat. Bukan hanya masuk akal semata. Sungguh, di taman bacaan. Gelapnya malam tidak pernah mampu “melawan” terangnya matahari. Selalu ada harapan ke depan. Selagi akal sehat tetap dominan di dalam diri siapa pun.
Dan akal sehat selalu membutuhkan komitmen dan konsistensi. Agar taman bacaan dikerjakan dengan sepenuh hati, bukan setengah hati. Maka jangan lelah berbuat baik di taman bacaan. Tebarkan terus perbuatan baik di taman bacaan, kapan pun dan di mana pun. Dan tetaplah rendah hati, ikhlas, sabar, dan bersyukur dalam keadaan apa pun. Karena di taman bacaan, tidak melayang karena pujian. Tidak pula tumbang karena gangguan. Salam Literasi. #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi