Sepenggal Cerita Kafenya Literasi, Cara Mempertahankan Relawan TBM

Urusan relawan di taman bacaan memang pelik. Entah, gampang-gampang susah atau susah-susah gampang. Tanpa dukungan relawan, taman bacaan sulit untuk tumbuh dan berkembang. Sejujurnya, jatuh bangun taman bacaan justru ada di tangan relawan. Karena relawan yang berkiprah menjalankan program dan aktivitas. Tanpa pamrih, tanpa bayaran sekalipun rentan untuk pergi.

 

Sebagai Pendiri TBM Lentera Pustaka, saya sadar betul “relawan TBM” itu dilematis. TBM perlu relawan untuk menjalankan program dan aktivitasnya. Tapi relawan pun perlu ongkos dan makan saat dari dan ke taman bacaan. Relawan pasti mau mengabdi di taman bacaan. Tapi bila tidak ada ongkos gimana? Maka saya selalu berpikir dari kama, gimana cara me-retain relawan di TBM?

 

Bersyukur TBM Lentera Pustaka punya rooftop baca yang dibangun oleh CSR Bank Sinarmas dan kini pun sudah beratap kanopi, sehingga hujan dan panas tidak masalah lagi. Tempat membaca di lantai 2 ber-view Gunung Salak. Tempat membaca sambil santai dan nuansanya literat. Selain jadi tempat baca, gimana caranya rooftop baca bisa lebih produktif dan bermanfaat untuk relawan TBM. Jujur saja, saya takut kehilangan relawan-relawan hebat di TBM Lentera Pustaka. Apalagi saya hanya ada setiap Sabtu-Minggu di TBM Lentera Pustaka.

 

Dan akhirnya, para relawan pun mengajukan usul. Untuk menjadikan rooftop baca sebagai kafe literasi. Tempat ngopi sambil membaca buku, bukan tempat baca sambil ngopi. Yah, bolehlah disebut “ngopi yang literat”. Maka sejak 3 minggu lalu, dibukalah “Kopi Lentera” sebagai tempat ngopi dan nongkrong sambil baca buku. Karena setiap mejanya selalu ada buku bacaan. Bisa foto sambil baca atau sambil pegang buku, diiringi lantunan musik yang asyik.

Jadilah “Kopi Lentera” dikelola oleh relawan TBM Lentera Pustaka. Sebagai usaha kecil-kecilan tapi halal. Sebagai cara untuk “mencarikan” ongkos relawan dari-ke TBM. Syukur-syukur bisa dapat “uang jajan” walau sedikit. Niatnya sederhana, Kopi Lentera pun bisa jadi sarana relawan untuk melatif sikap profesional dalam melayani kaum penikmat kopi plus ada pemasukan untuk para relawan juga.

 

Memang “Kopi Lentera” belum sempurna. Tapi dari konsumen yang datang selama ini, mereka cukup happy dari segi harga, rasa, dan suasana. Alhamdulillah, akhirnya Kopi Lentera bisa hadir mewarnai eksistensi “kafenya literasi”. Setidaknya, relawan atas dukungan pendiri TBM Lentera Pustaka sudah “berani” bisnis kecil-kecilan. Sebagai bukti, tidak perlu menunggu sempurna untuk berbuat apapun yan baik dan bermanfaat. Cukup jalani dan kerjakan asal niatnya baik. Insya Allah, bisa jadi ladang amal dan bertabur keberkahan.

 

Di Kopi Lentera, siapapun tetap belajar. Bahwa secangkir kopi tidak pernah berdusta atas nama rasa. Kopi selalu punya cerita, bahwa yang hitam tidak selalu kotor dan rasa pahit pun tidak selalu sedih. Kopi selalu menyajikan rasa yang orisinal, apadanya. Tanpa perlu perlu bermanis-manis di mulut namun hatinya beda. Dan pada akhirnya, kopi yang baik akan selalu menemukan penikmatnya.

 

Begitulah kisah Kopi Lentera, sebagai cara taman bacaan “mempertahankan” para relawannya. Semoga Allah ridho dan dimudahkan segalanya. Tetap semangat relawan TBM Lentera Pustaka. Yukk ngopi sambil baca buku di Kopi Lentera. #KopiLentera #RelawanTBM #TBMLenteraPustaka

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *