Banyak orang membayangkan hidup itu berat. Hidup yang selalu membandingkan diri dengan orang lain. Atau selalu kepo terhadap kehidupan orang lain. Hingga akhirnya jadi stress dan depresi. Terlalu fokus pada orang lain, lalu lupa untuk memperbaiki diri. Melakaukan sesuatu yang dianggap kecil dan sederhana tapi bermakan. Mulailah dengan yang sederhana asal tetap komit dan konsistens. Sesederhana itulah hidup di taman bacaan.
Di taman bacaan, hidup jauh lebih sederhana. Ketika kkita berhenti menjelaskan diri kita kepada siapapun. Cukup hanya melakukan apa yang harus dilakukan, mengerjakan segala sesuatu yang baik dan bermanfaat. Jangan takut besok mau jadi apa, jangan khawatir pula besok mau makan apa? Selagi masih berbuat baik dan menebar manfaat, semuanya akan disediakan oleh-Nya. Karena hidup ini sesederha yang kita izinkan, bukan yang orang lain bincangkan.
Maka berangkat dari prinsip hidup sederhana itulah, pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor menjadikan taman bacaan sebagai ladang amal. Sebagai jalan hidup untuk berbuat baik dan menebar manfaat. Membimbing anak-anak membaca buku, mengajar kaum buta aksara, mengajar calistung anak-anak kelas prasekolah, membina anak-anak yatim dan kaum jompo, hingga menjalankan aktivitas motor baca keliling (mobake) ke kampung-kampung yang tidak punya akses bacaan. Berkiprah 6 hari dalam seminggu dengan sepenuh hati. Dari tahun 2017 hingga saat ini, berkiprah secara sukarela di jalan sunyi pengabdian bidang literasi. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi Masyarakat, di samping menekan angka putus sekolah dan memberantas kaum buta huruf. Sesederhana itulah kiprash sosial di taman bacaan.
Apa lagi prinsip hidup sederhana di taman bacaan. Tentu masih banyak lagi. Karena di taman bacaan, hidup dijalani dengan rendah hati. Berinteraksi dan melayani anak-anak kampung melalui buku bacaan. Tidak ada kesombongan dan keangkuhan, seberapapun sejahteranya kita di mata orang lain. Orang-orang taman bacaan hanya tahu bersyukur dari waktu ke waktu dan berterima kasih atas segala yang dimiliki. Seberapa sulit hidupyang dijalani tetap dihadapi dengan syukur dan sabar.
Saat berkiprah di taman bacaan, tidak ada lagi kebencian atau caci-maki. Selalu membiarkan orang-orang di luar sana yang berprasangka negatif atau selalu benci dan iri. Karena di taman bacaan, kita tidak dapat mengontrol pikiran dan omongan orang lain. Orang yang literat hanya bisa mengontrol dirinya sendiri.
Sesederhananya hidup di taman bacaan. Selalu berpikir positif, tidak peduli seberapa keras ujian hidup yang dihadapi. Bersikap optimis daripada pesimis. Karena yakin, pasti ada matahri terang setelah malam yang gelap gulita. Lebih banyak memberi dan berbagi, seberapa pun sedikitnya yang didapatkan. Dan yang paling sederhana di taman bacaan, selalu terjaga silaturahim dalam kebaikan. Tidak peduli sbeerapa jahat dan baik orang lain, taman bacaan selalu mengabaik hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Menghindari hal-hal yang sia-sia.
Sesederhana itulah di taman bacaan. Sederhana yang tidak lagi sebatas pikiran dan omongan tapi perbuatan. Maka luangkan waktu kita untuk menjalani hal-hal sederhana dalam hidup. Karena dengan hidup sederhana, di dalamnya ada harta yang paling indah di dunia. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka