Syarifudin Yunus: Pegiat Literasi, Kandidat Doktor Taman Bacaan dari Bogor

Setiap seminggu sekali, dari Jakarta ke Bogor, ia membimbing 160 anak pembaca aktif membaca di taman bacaan, di samping mengajar 9 ibu-ibu buta aksara. Berbekal model “TBM Edutainment” yang digagasnya sendiri, pria 51 tahun ini bertekad menjadikan taman bacaan bukan hanya tempat membaca semata. Tapi menjadi sentra kegiatan masyarakat yang kreatif dan menyenangkan. Untuk pemberdayaan masyarakat yang lebih baik ke depan.

 

Akrabkan anak dengan buku bacaan dan menjadikan taman bacaan sebagai “deshooling society” di masa pandemi covid-19 telah menjadi tekadnya. Karena itu, Syarifudin Yunus selaku Pendiri TBM Lentera Pustaka mewujudkan “legacy” melalui taman bacaan. Alumni UNJ peraih UNJ Award 2017 ini dengan penuh komitmen dan konsistensi terus-menerus menebar virus membaca buku bagi anak-anak kampung yang selama ini tidak memiliki akses bacaan. Dan kini, anak-anak dari 3 Desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya) di Kaki Gunung Salak mampu “melahap” 5-8 buku per minggu, di samping berusaha menemukan kreativitas diri dan potensi kearifan lokal daerahnya.

 

Syarifudin Yunus, lebih akrab dipanggil Syarif adalah Pendiri dan Kepala Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka. Dia salah satu pegiat literasi dari Bogor yang giat menyuarakan pentingnya gerakan literasi di masyarakat. Sebagai upaya meredam gempuran era digital yang telah kebablasan. Ayah dari tiga anak yang berprofesi sebagai Dosen Universitas Indraprasta PGRI ini sangat peduli terhadap upaya meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi anak-anak usia sekolah khususnya di masyarakat yang tidak mampu. Maka di tahun 2017, ia mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor.

 

Pria yang sudah menulis 33 buku ini sangat yakin. Bahwa tradisi baca dapat menyelamatkan anak-anak Indonesia di masa depan. Bukan hanya karena pengetahuan yang bertambah, tapi membaca bisa menanamkan karakter dan nilai kearifan lokal yang kian langsa di era digital sekarang. Hingga suatu saat, akan tercipta masyarakat Indonesia yang literasi. Saking cintanya kepada taman bacana dan gerakan literasi, Syarif pun menjadi kandidat Doktor Taman Bacaan di Indonesia yang saat ini sedang menyelesaikan disertasi berjudul “Peningkatan Tata Kelola Taman Bacaan Melalui Model TBM Edutainment Sebagai Layanan Dasar Pendidikan Nonformal pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Di Kabupaten Bogor” dari Prodi Manajemen Pendidikan Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak).

 

“TBM Edutainment” merupakan konsep pengembangan taman bacaan yang berbasis edukasi dan hiburan, di antaranya: salam dan senam literasi, membaca bersuara, event bulanan, laboratorium baca, motivasi literasi, dan jajanan kampung gratis untuk anak-anak pembaca.

 

“Saya yakin, budaya literasi masyarakat hanya bisa dimulai dari tradisi membaca dan menulis. Dan itu bisa dilakukan di taman bacaan. Maka taman bacaan harus dikelola dengan asyik dan menyenangkan. Di samping menjadi warisan yang kita tinggalkan kepada umat. Pedulilah pada taman bacaan” ujar Syarif, kandidat Doktor Taman Bacaan dari Bogor.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *