Tahun Baru Bukan Harapan Baru tapi Semangat Baru

Ini sebuah pesan literasi. Dalam kehidupan nyata, jangan pernah mengurus kehidupan orang lain yang bukan urusan kita. Apalagi kita tidak punya kontribusi apapun terhadap orang lain. Agar kehidupan kita tidak hancur berantakan. Biar lebh fair dan objektif, toh kita bukan apa-apa pula buat orang lain. Dan ketahuilah, di dunia nyata, tidak seorang yang sempurna.

 

Daripada mengurusi hidup orang lain, lebih baik berkaca diri dan lakukan perubahan untuk menjadi lebih baik. Selalu berbuat baik dan menebar manfaat di mana pun. Dalam banyak kasus, banyak orang hidupnya susah karena terlalu ngurusin hidup orang lain tapi lupa mengurusi hidupnya sendiri. Maka jangan sampai kita sibuk urus hidup orang lain dari A sampai Z, sementara hidup kita sendiri belum tentu lebih baik. Iya nggak? Orang lain oke-oke saja, kita sendiri malah menderita.

 

Jangan pernah mengurusi hidup orang lain yang bukan urusan kita. Itu nasihat tentang batas diri, kedewasaan sosial, dan etika hidup bersama. Bukan soal acuh tak acuh, melainkan tahu diri, kapan ikut campur dan kapan menahan diri? Sebab, setiap orang punya hak atas hidupnya. Setiap orang punya pilihan, punya proses, dan punya konsekuensi atas hidupnya sendiri. Mengurusi hidup orang lain tanpa diminta berarti melanggar batas pribadi.

 

Faktanya, banyak orang mencampuri urusan orang lain karena merasa paling benar, ingin mengontrol, dan ingin terlihat peduli padahal ingin diakui. Semuanya itu karena ego yang berlebihan dan sok tahu padahal belum tentu kita paham situasi sebenarnya. Ketahuilah, mengomentari tidak sama dengan menolong. Kalau “menolong” itu diminta, dibutuhkan, atau dalam keadaan darurat, sedangkan “mengomentari” itu dasarnya cuma asumsi, gosip, atau penghakiman. Banyak orang “merasa peduli” tapi tindakannya justru merusak dan tidak membangun.

 

Jadi, fokus saja ke hidup sendiri. Agar lebih sehat dan bergairah. Menghabiskan waktu untuk hidup orang lain membuat kita lelah emosional, mudah iri, dan akhirnya kehilangan fokus untuk bertumbuh. Kita boleh-boleh saja peduli, membantu, dan mengingatkan asalkan diminta, dilakukan dengan empati, dan tidak menghakimi. Di luar itu, jangan dilakukan.

 

Maka hormati batas hidup orang lain sebagaimana kita ingin hidup kita dihormati. Tidak semua hal perlu dikomentari, tidak semua proses perlu dinilai. Setiap orang punya jalan hidup dan proses masing-masing. Dan ingat, terkadang yang bikin nama kita jelek itu bukan kelakuan kita sendiri melainkan cerita yang dikarang dan keluar dari mulut para pembenci. Sebab, selalu ada orang yang tidak suka pada kita. Itu hukum alam.

 

Lebih bak fokus pada diri sendiri, nggak usah urus hidup orang lain. Biarkan setiap kita nantinya akan berdiri dan menjawab segala sesuatunya di hadapan sang pencipta. Apapun, tetaplah berkaca, berbenah dan berubah. Tahun baru bukan harapan baru tapi tapi semangat baru untuk lebih baik. Salam literasi!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *