Ini pikiran banyak orang. Perubahan boleh asal jangan ganggu kenyamanan mereka. Orang lain diminta berubah. Tapi dia sendiri tidak mau berubah. Menuntut orang lain berpikir di luar kotak. Tapi dia bertahan di dalam kotak.
Berpikir di luar kotak itu. Artinya, cara berpikir di luar batasan masalah yang ada. Berpikir dengan perspektif yang baru. Sementara kotak itu hanya ilustrasi. Tentang orang yang membatasi diri hanya melihat masalah pada dirinya sendiri. Bukan masalah fundamental.
Maka berpikir di luar kotak, tumpuannya ada pada cara pikir baru di luar kebiasaan. Di luar pikiran sebelumnya, berbeda dari orang-orang pada umumnya. Lebih kreatif dalam melihat masalah. Atau benar-benar berpikir keluar dari yang pernah ada dari sebelumnya. Jadi, berpikir di luar kotak berarti berani untuk berpikir lebih jauh, tidak terfokus hanya pada apa yang dihadapi atau yang dianggap menganggu kenyaman diri sendiri.
Berpikir di luar kotak, sungguh hanya bisa dan terjadi apabila kita:
- Berani keluar dari zona nyaman.
- Berani meninggalkan keraguan atau ketakutan.
- Mau mendengarkan orang lain, terbuka, dan menerima. Bukan memaksa atau bertahan.
- Mau terbuka terhadap kemungkinan baru, beda dengan yang sebelumnya.
- Tidak memaksakan kepentingan sendiri tanpa tahu kepentingan yang lebih besar.
Si Albert Einstein yang bilang “Hanya orang-orang gila yang mengharapkan hasil berbeda akan tetapi menggunakan cara-cara yang sama”. Bagaimana mungkin?
Entah kebijakan, regulasi, peraturan atau apa pun. Bila mau berubah ke arah lebih baik ya harusnya siapa pun berani “berpikir di luar kotak”. Bukan fokus dan berjuang pada 1) bila menguntungkan oke dan 2) bila merugikan tidak. Itu bukan berpikir di luar kotak tapi egois.
Seperti di taman bacaan pun begitu. Apa iya masalahnya hanya buku. Atau soal anak-anak yang membaca. Atau soal sifatnya yang sosial. Belum tentu kok. Tiap taman bacaan pasti punya masalah dan tata kelola yang berbeda. Maka di situlah dibutuhkan kreativita untuk mencari solusinya. Bukan mengungkap masalahnya. Taman bacaan pun patt “berpikir di luar kotak”. Keluar dari masalah klasikal selama ini.
Dan agak penting. Bahwa “berpikir di luar kotak” itu basisnya harus ada keterbukaan, tidak keras kepala, dan tidak bertahan pada pendapat sendiri. Opininya selalu ingin dianggap benar. Lalu sesuatu yang baru dianggap salah.
Kedengarannya sederhana. Pengen terjadi perubahan. Tapi pikiran dan sikapnya justru bertahan dan berlama-lama pada cara lama. Itu pun belum tentu sepenuhnya benar. Menuntut orang lain berpikir “di luar kotak” tapi diri sendiri tetap bersemayam “di dalam kotak”. Jadi mau gimana dong? Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #GerakanLiterasi