Siapapun, sejatinya tidak di bawah kendali orang lain. Karena tiap manusia tidak akan pernah mampu mengontrol kehidupan orang lain. Tidak ada yang bisa mengatur atau mengarahkan jalan hidup orang lain kecuali Allah SWT. Jadi, kenapa masih ada yang berpikir di bawah kendali orang lain? Apalagi bergantung kepada orang lain?
Hakikatnya, manusia hanya dikendalikan oleh Allah SWT. Kesehatan, rezeki, jodoh, bahkan kematian bukan atas kendali orang lain. Tapi semuanya karena Allah SWT. Lagi-lagi, siapapun hanya bisa niat, ikhtiar, dan doa dalam hal apapun. Seorang mahasiswa hanya bisa niat baik untuk kuliah, ikhtiar untuk mengikuti perkuliahan, lalu berdoa agar lulus tepat waktu. Selebihnya dikendalikan Allah SWT. Hanya bisa berserah diri kepada Allah SWT.
Bahwa dalam perjalanannya ada masalah, ada kesulitan itu hukum alam. Jalani dan hadapi saja untuk ikhtiar mencari solusinya. Selalu optimis dalam keadaan apapun. Berpikir positif tentang apapun. Karena memang hidup tidak selamanya berjalan mulus. Kadang harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Ada kok saat-saat di mana yang terjadi pada diri kita tidak sesuia harapan. Jalani saja, tidak usah frustrasi atau putus asa.
Bila mau direnungkan, tidak ada seorang pun yang hidupnya dalam fase yang buruk terus-menerus. Hidup itu ya ada suka ada duka. Ada senang ada sedih, silih berganti. Pasang-surut, tinggal bagaimana kita menyikapinya? Saat turun hujan, maka akan ada pelangi sesudahnya. Di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Sama sekali tidak ada kendali orang lain dalam hidup kita. Hanya sikap optimis yang jadi pijakan untuk bertindak dan ikhtiar yang baik. Tanpa henti, tanpa mengenal lelah. Prinsip itu pula yang harusnya ada di pegiat literasi. Taman bacaan masyarakat tidak akan pernah dikendalikan orang lain. Karena Allah SWT sudah punya scenario terindah untuk taman bacaan di mana pun. Pegiat literasi cukup ikhtiar dan bersikap optimis, sambil membangun kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak.
Masih ingatkah kita kisah ini? Ketika saudara-saudara Nabi Yusuf menduga bisa menghentikan masa depan Nabi Yusuf AS. Namun, justru merekalah yang dimanfaatkan Allah SWT membangun masa depan gemilang Nabi Yusuf AS. Begitu pula Raja Fir’aun yang menduga sudah membunuh Nabi Musa AS. Namun kenyataannya, justru Fir’aun sendiri yang merawat Nabi Musa AS. Saudara-saudara Nabi Yusuf atau Raja Fir’aun berpikir telah mengendalikan hidup Nabi Yusuf AS dan Nabi Musa AS. Tapi faktnya, justru Allah SWT yang mengendalikan semuanya. Jadi tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang sanggup menghentikan ketentuan Allah SWT atas diri kita.
Jangan pernah meminta dikasihani orang lain. Apalagi merasa hidup kita dikendalikan orang lain. Tidak ada manusia yang mampu mengendalikan hidup manusia lainnya. Dalam kondisi apapun, yakinlah kita tidak di bawah kendali atau belas kasihan orang lain.
Cukup, jaga selalu sikap optimis. Kerjakan yang baik sambil perbaiki niat lalu berdoalah. Percayalah setiap masalah yang ada, justru menjadi bagian dari kebaikan yang Allah SWT takdirkan untuk kita. Karena “di balik setiap permasalahan itu selalu diikuti oleh solusinya, tidak hanya satu, namun banyak jalannya” (Al-Insyirah: 6).
Selalu optmis dan ikhtiar, adalah kunci segalanya. Karena boleh jadi kita tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagi kita. Dan boleh jadi pula kita menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagi kita. Allah maha mengetahui, sedangkan kita tidak mengetahui sesuatu. Salam literasi!