Ada pesan penting dari kawan saya. Jangan mengejar dunia, katanya. Karena terlalu mengejar dunia tidak akan ada habisnya. Dunia pun penuh senda gurau. Maka penting, berpikir dan bertindak setelah di dunia?
Bukan hanya harta, pangkat atau jabatan. Bahkan predikat-predikat yang melekat pada kita seperti dosen, sastrawan, musisi, olahragawan, bahkan ustadz sekalipun itu pun hanya di dunia. Semuanya soal duniawi. Maka seharusnya, segala yang di dunia hanya wasilah untuk menggapai ridho ilahi.
Presiden dan menteri sosial pun soal dunia. Lebih dari itu, popularitas yang diraih artis, tokoh bahkan netizen pun cuma urusan dunia. Prestasi-prestasi yang membanggakan, jadi juara dunia, penggagas gerakan kebaikan, atau apapun masih urusan dunia.
Bahkan taman bacaan masyarakat pun urusan dunia. Organisasi nonprofit dengan tujuan mulianya, masih duniawi. Jabatan-jabatan atau penghargaan yang diraih juga soal dunia. Justru patut direnungkan, apa yang dikerjakan setelah dunia? Next step dunia itu apa?
Next step dunia apa? Pertanyaan sederhana yang membuat kita merenung. Untuk memperbaiki niat dan membaguskan ikhtiar. Bahwa apapun yang dikerjakan di dunia, harapannya menjadi wasilah dan berkah untuk memperbaiki urusan akhirat. Sekaligus mengingatkan kita untuk tidak menggantungkan hidup pada dunia. Apalagi berharap pada manusia, itu hanya omong kosong.
Ketahuilah, menggantungkan harapan pada dunia pasti akan kecewa. Menggantungkan harapan pada capaian harta dan tinggal tunggu waktu kecewa Berharap pada popularitas dan prestasi pun bakal kecewa. Apalagi bergantung dan berharap pada orang lain, sudah pasti akan kecewa. Karena terlalu berharap pada apa-apa yang ada di dunia.
Seperti kisah Sayidina Ali, beliau pernah merasakan semua kepahitan hidup. Dan katanya, yang terpahit adalah berharap kepada manusia. Maka biarkan isi dunia diperebutkan jutaan manusia, biarkan kesuksesan selalu ditempuh setiap hari. Silakan dan silakan. Tapi apapun, cukuplah berharap hanya kepada Allah semata.
Pastinya, tidak ada manusia yang sempurna. Setiap jiwa yang hidup memiliki cela. Menjadi tidak sempurna bukanlah kesalahan. Justru menyadarkan bahwa kita harus terus belajar menjadi lebih baik. Selalu mau memperbaiki diri. Tetap berbuat baik dan menebar manfaat kepada banyak orang. Bahwa apa yang dikerjakan di dunia, tujuannya “next step duniawi”. Termasuk berkiprah di taman bacaan masyarakat pun, sebagai ladang amal untuk “nanti”. Tidak berharap pujian dari manusia.
Teruslah berharap hanya kepada-Nya. Karena kita tidak ditakdirkan untuk disukai semua orang. Biarlah bila ada orang yang tidak suka atau benci, itu urusan mereka sendiri. Kita hanya bisa ikhtiar dan mengerjakan yang baik. Sambil tetap berpikir positif di mana pun, kepada siapapun.
Karena, apa next step dunia? Maka jangan biarkan hal-hal negatif dari dunia menjatuhkan kita di akhirat. Senyumin saja itu sudah cukup. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen