Siapapun, termasuk taman bacaan pasti mengalami berbagai ujian atau cobaan. Hanya sabar, salah satu cara taman bacaan untuk bertahan dalam kondisi apapun. Di taman bacaan, ada orang yang tidak suka. Ada pula yang memfitnah bahkan mengganggu. Maka mengelola taman bacaan harus sabar. Memang tidak mudah, karena sabar membutuhkan jiwa yang besar untuk dapat mempraktikkannya.
Taman Bacaan di mana pun tidak bisa meraih apa yang diangankan, kecuali dengan sabar atas apa yang dibencinya. Sabar terhadap apa yang kalian benci,, itulah salah satu jalan dakwah di taman bacaan. Seperti dikatakan Hasan al-Bashri RA, “Kalian tidak akan bisa meraih apa yang kalian sukai, kecuali dengan meninggalkan apa yang kalian inginkan. Kalian tidak akan meraih apa yang kalian angankan, kecuali dengan sabar terhadap apa yang kalian benci” (al-Bayan wa at-Tabyin, jilid 3, hlm. 163).
Seorang kawan pegiat literasi bertanya ke saya. Gimana caranya bertahan di taman bacaan? Maka saja jawab, karena taman bacaan adalah jalan dakwah. TBM atau taman bacaan sebagai sarana untuk menyampaikan atau mengajak orang lain atau masyarakat untuk berbuat kebaikan. Untuk membaca buku sebelum banyak bicara, untuk memanfaatkan waktu membaca daripada bermain. Sehingga taman bacaan bisa jadi ladang amal sesuai anjuran agama. Mampu membangkitkan nilai-nilai kebaikan dan kepedulian selama di dunia sebagai bekal ke akhirat.
Ibaratnya, ada orang yang beramal membangun masjid. Nah saya memilih beramal di taman bacaan. TBM sebagai jalan dakwah. Dakwah akhlak dan pendidikan untuk anak-anak usia sekolah. Bahwa giat membaca itu penting di tengah arus deras era digital. Lebih dari itu, untuk sebagian orang seperti saya, mungkin taman bacaan itu pilihan hidup. Maaf, bukan gaya hidup ya. Pilihan hidup kan artinya saya dengan sengaja memilih berkiprah di taman bacaan. Atau Allah SWT yang memilihkannya untuk saya. Apapun bila sudah jadi pilihan hidup ya harus dijalani dengan sabar. Toh, taman bacaan tidak ada jeleknya.
Lalu, soal kenapa bisa bertahan di taman bacaan?
Ya karena pilihan hidup. Tentu, semua tergantung niat, ikhtiar, dan doanya. Asal komit dan konsisten, bila dijalani sepenuh hati, insya Allah selalu ada alasan untuk bertahan di taman bacaan. Hanya orang yang sepenuh hati yang mampu bertahan. Bila tidak, sudah pasti punah atau mudah dilepaskan.
Taman bacaan tidak bisa meraih apa yang diangankan. Kecuali dengan sabar atas apa yang dibenci. Siapapun pasti punya kebencian. Tapi di taman bacaan cukup dihadapi dengan sabar. Tidak perlu memaki-maki orang-orang yang tidak peduli. Apalagi saat menghadapi orang-orang yang benci pada taman bacaan. Biarkan saja, karena memang taman tidak akan pernah bisa menyuruh semua orang suka pada taman bacaan, Intinya, jangan balas benci dengan benci. Cukup sabar, sabar, dan sabar di taman bacaan.
Di luar sana, banyak orang hidup dalam kebencian. Ada pula yang bermukim dalam masa lalu dan keluh-kesah. Biarkan saja, itu urusan mereka bukan urusan kita. Maka bila paham, taman bacaan adalah tempatnya perbuatan baik. Cukup kerjakan saja segala kebaikan di dalamnya. Sabar bila dibenci. Tidak usah gubris orang-orang yang tidak peduli. Karena, tidak peduli itu sejatinya penyakit yang akan mematikan kebaikan, di mana pun.
Ketahuilah, dalam hidup siapapun dan di taman bacaan dilarang menyirami hari-harinya dengan keburukan. Tetaplah berpijak pada kebaikan, apapun keadaannya. Sabar atas apa yang dibenci. Karena “the show must go on”. Seperti kata orang yang sedang jatuh cinta, bahwa yang tersulit dalam hidup itu bukan memilih. Tapi bertahan pada pilihannya. Salam literasi. #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterast