Terkadang, Orang Yang Suka Baca Tidak Mau Satu Ruangan dengan yang Bukan Pembaca

Orang yang gemar membaca biasanya tidak mau lagi duduk bareng dengan orang yang bukan pembaca. Kondisi itu lazim terjadi. Sebab, salah satu dampak dari kebiasaan membaca adalah orang yang gemar membaca pasti menghindari diri dari yang bukan pembaca. Kenapa hal itu terjadi?

 

Orang yang gemar membaca akan terpisah dari yang bukan pembaca. Bukan karena kasta sosial atau karena jumlah saldo. Bagi orang yang gemar membaca, uang bukan segalanya. Tapi ada yang lebih penting. Sehingga jadi sebab pembaca agak sulit duduk satu ruangan dengan orang yang tidak gemar membaca.

 

Terpisah dengan sendirinya, antara orang yang gemar membaca dan yang tidak gemar membaca. Bukan karena uaang atau pendidikan. Jarak dan eksklusivitas antar pembaca dan bukan pembaca terjadi karena ada hal yang lebih mandalam dan tidak kasat mata. Tapi menentukan sikap masing-masing tentang realitas hidupnya.

 

Ada sikap yang berbeda antara pembaca dan bukan pembaca. Kualitas pikiran-lah yang membedakan keduanya. Orang yang tidak gemar membaca, biasanya lebih sibuk mengeluh, sementara orang yang gemar membaca lebih sibuk mencari solusi. Karena kurang membaca, biasanya lebih senang mempermasalahkan keadaan, Sedangkan bila gemar membaca, semua ralitas harus dihadapi dan setiap masalah diayini ada solusinya.

 

Jadi bukan soal gaji. Tapi energi yang terpancar dari keduanya berbeda, Orang yang tidak suka membaca energinya ketakutan, minder, bahkan gampang iri. Sementara orang yang gemar membaca energinya lebih percaya diri, penuh kendali dan memiliki arah yang jelas. Makanya orang yang tidak suka membaca senangnya membicarakan orang lain, sedangkan orang yang gemar membaca lebih suka membahas ide dan gagasan.

 

Orang yang tidak suka membaca biasanya mengejar validasi simbol dan status sosial. Berjuang untuk diakui orang banyak. Nongkrong dari kafe ke kafe, menghabiskan waktu untuk yang sia-sia. Terkadang urusan pakaian, Sepatu, tas, dan jam tangan pun jadi bahasan. Sementara orang yang gemar membaca tidak lagi memikirkan simbol sosial. Hanya bisa membaca dan membaca, dari buku ke buku sehingga simbol-simbol itu datang dengan sendirinya.

Orang yang tidak suka membaca, obrolannya soal berapa gajinya dan siapa orangnya. Sementara orang yang doyan membaca, membahas gaji atau orang lain itu terdengar asing. Lebih suka membahas soal gimana cara menjadi lebih baik, mau apa ke depan, dan bagaimana strateginya?

 

Jadi, sudah konsekuensi. Orang yang gemar membaca terpisah dari yang bukan pembaca. Lingkaran orang yang membaca jadi lebih ketat dan terbatas, Byukan karena sombong atau angkuh.Tapi karena mindset keluh-kesah sering kali menular lebih cepat dari virus penyakit.

 

Apa isi bukunya, begitulah pertanyaan orang yang gemar membaca. Sedangkan orang yang tidak suka membaca hanya bertanya, siapa dan ke mana? Jadi, rileks saja dan tidak ussah khawatir membaca buku. Sudah pasti akan semakin sediki “circle”-nya. Karena semuanya soal cara pandang yang berbeda, pemikiran yang tidak lagi sama. It’s all about mindset. Orang yang gemar membaca, biar merangkak tidak punya uang selalu optimis dan mencari solusi dari setiap masalah. Sebaliknya orang yang tidak suka membaca, biar punya uang banyak tetap yang dibahas orang dan keluh-kesah.

 

Harus diakui, setiap orang punya energi yang berbeda. Ada yang negatif, ada yang positif. Ada yang optimis, ada yang pesimis. Terkadang yang membedakan dari bacaannya. Jadilah literat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *