Tidak Semua Karier dan Masa pensiun Dikejar dengan Terburu-buru

Pagi kemarin, saya melihat di Stasiun LRT Harjamukti. Banyak orang berlari-lari ingin menaiki kereta LRT yang segera berangkat. Mereka terburu-buru menaiki tangga jalan, agar terbawa kereta yang sebentar lagi berangkat. Saya memilih untuk tetap berjalan santai karena tahu masih ada jadwal kereta berikutnya yang akan berangkat.

 

Saya pun membatin. Apakah kereta LRT berikutnya akan berjalan lancar atau justru terhambat di tengah jalan? Saya hanya yakin “tidak perlu ikut berlari” untuk mengejar kereta. Saya tetap berjalan santai, tanpa perlu ikut berlari, karena apapun akan berjalan sebagaimana mestinya. Selalu ada hukum alam yang bekerja. Setiap pilihan, pengalaman, dan pekerjaan punya jalannya masing-masing. Apapun ada jalan hidupnya, tanpa perlu tergesa-gesa.

 

Hikmahnya adalah tidak semua jalan karier harus dikejar dengan tergesa-gesa. Pengen punya jabatan, punya pangkat di kantor tidak perlu diburu. Bahkan punya masa pensiun yang sejahtera di hari tua pun tidak usah ngotot, cukup dipersiapkan saja. Kenapa? Karena setiap orang punya ritme, waktu, dan fase untuk bertumbuh yang berbeda dalam perjalanan kariernya dan hari tuanya.

 

Karier, pekerjaan dan apalah namanya bukan “lomba lari cepat”. Banyak orang merasa harus cepat naik jabatan, cepat sukses, cepat punya gaji besar, dann cepat kaya di hari tua. Padahal, karier lebih mirip marathon, perjalanan panjang yang butuh ketahanan, bukan kecepatan semata. Lagi pula, setiap orang punya waktu yang berbeda untuk tumbuh. Ada yang berkembang pesat di usia muda, ada yang baru menemukan passion di usia 30 atau 40. Dan semua itu valid. Tidak ada kata “terlambat” dalam belajar atau bertumbuh.

 

Dalam banyak hal, tergesa-gesa sering membuat kita salah arah. Keputusan karier yang terburu-buru bisa membuat seseorang terjebak ke pekerjaan yang tidak cocok, burnout, kehilangan motivasi, bahkan melewatkan kesempatan belajar selama bekerja. Begitu pula masa pensiun, cukup dipersiapkan dengan menabung semampunya sejak muda. Biar kecil nilainya tapi rutin. Tidak perlu menanung Rp, 3 juta sebulan tapi wsaktunya mepet ke masa pensiun.

 

Proses itu penting untuk kualitas. Santai tapi pasti. Mengambil waktu untuk belajar, mengasah skill, memperkuat jaringan, memahami diri. Itu semua membangun fondasi karier yang lebih kokoh dan berkelanjutan. Kesuksesan tidak harus punya timeline tertentu. Tidak apa-apa jika orang lain lebih dulu naik jabatan. Tidak apa-apa pula jika kita butuh waktu untuk menemukan jalur yang tepat. Toh, kesuksesan tidak ditentukan oleh kecepatan, tapi oleh ketepatan melangkah.

 

Dalam dunia kerja, tergesa-gesa pengen naik pangkat sering terjadi. Di hari tua, tidak sedikit pekerja yang terlambat mempersiapkan hari tuanya sendiri. Maka apapun karier atau masa pensiun tidak harus dikejar dengan tergesa-gesa. Kadang, berjalan santai dan menikmati proses justru membuat kita sampai di tujuan dengan lebih tenang. Mungkin sedikit lebih lama, tapi lebih selaras dengan diri sendiri. Asal “berhentilah membandingkan diri, tenang dalam bertumbuh, dan percaya bahwa langkah paling baik adalah langkah yang matang, bukan langkah yang terburu-buru.” Salam literasi!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *