Mungkin hari ini, tidak sedikit orang tua yang berpikir bahwa pendidikan selesai begitu anak sudah duduk di bangku sekolah. Segalanya tentang anak diserahkan ke kelas, ke guru bahkan ke sekolah. Padahal, sekolah hanya menanamkan pengetahuan. Selebihnya, rumahlah yang menyirami, memupuk, dan memastikan benih itu tumbuh jadi pribadi yang utuh, Jadi anak yang berkarakter.
Sesungguhya, ilmu memamg bisa ditanam di kelas. Tapi karakter anak hanya tumbuh di rumah, di lingkungan sehari-hari si anak. Sekolah bisa membuat anak pintar tapi rumahlah yang membuatnya benar. Karena itu, pendidikan tidak hanya ada di sekolah melainkan di rumah. Apa dan bagaimana anak-anak kita saat di rumah, saat sepulang sekolah?
Di kelas, guru bisa mengajarkan matematika, bahasa, atau sains. Tapi sikap jujur, rasa hormat, empati, tanggung jawab dan disiplin, semua itu pertama kali lahir dari rumah, dari lingkunagn sehari-hari. Jika rumah mengabaikannya, ilmu yang ditanam di kelas bisa layu sebelum berbuah. Ilmu yang banyak akan salah pakai bila tidak diimbangi karakter dan akhlak yang memadai.
Itulah mengapa banyak anak yang pintar menghitung, tapi kesulitan menghargai. Pandai meraih nilai tinggi, tapi rapuh menghadapi hidup. Cerdas di dalam kelas, tapi kosong dalam karakter. Hari ini, faktanya terlalu banyak orang tua yang menyerahkan 100% urusan pendidikan anak ke sekolah, ke dalam kelas. Hingga akhirnya bingung dan heran, kenapa anak pandai menghitung tapi tidak tahu cara menghargai?
Akibatnya, anak boleh cerdas secara akademik. Tapi kosong secara moral. Pintar meraih nilai tinggi di sekolah tapi miskin sikap baik di rumah dan lingkungannya. Ada yang hebat di kelas tapi rapuh di kehidupan nyata. Ilmu tanpa akhlak sudah pasti kosong.
Berangkat dari realitas itulah, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak hadir. Untuk memperkuat karakter, sikap, dan akhlak anak-anak usia sekolah. Dibimbing saat membaca, diatur tertib saat membaca buku, dilatih sopan-santu, diperkuat akhlaknya melalui sholawatan, bahkan diajari budaya antre secara rutin. Agar tidak menyerobot hak orang lain. Anak-anak yang dimotivasi untuk menghadapi realitas hidup di taman bacaan. Sebagai bagian untuk membentuk karakter anak-anak. Membaca buku di taman bacaan tidak usah ingin pintar. Tapi melatih anak untuk disiplin, jujur, dan tanggung jawab pada waktunya sendiri. Berinteraksi dengan sesama teman secara beradab dan saling menghargai. Tidak mudah memang tapi spirit itu masih dijaga TBM Lentera Pustaka hingga kini, hingga di usia ke-8 tahun eksistensi.

Sebab pendidikan anak, di mana pun, sejatinya butuh kolaborasi. Sekolah dan rumah tidak bisa saling melepaskan tanggung jawab. Bahkan taman bacaan dan komunitas literasi perlu mengambil peran lebih besar untuk pendidikan karakter anak. Jika sekolah menanam ilmu, maka rumah menumbuhkan karakter. Dan hanya dengan keseimbangan itu, setiap anak bisa bertumbuh bukan sekadar cerdas, tapi juga bernilai.
Maka sudah saatnya berhenti hanya mengejar nilai rapor akademik anak. Justru membangun karakter anak adalah rapor kehidupan yang paing utama. Dan itu semua dimulai dari rumah, dari lingkungan terdekat anak termasuk taman bacaan. Salalam literasi!