Bekerja sebagai Kepuasan Profesional

Banyak orang kerja tidak sadar.  Lingkungan kerja yang sehat bukan yang bebas dari masalah. Tapi tempat kerja yang memberi ruang bagi manusia untuk tumbuh dengan empati, penghargaan, dan kemanusiaan. Uang memang bisa beli tenaga tapi uang tidak akan bisa “membeli” rasa dihargai. Di banyak tempat kerka, justru penghargaan yang membuat orang mau bertahan sepenuh hati atau mundur karena tempat kerjanya kehilangan rasa menghargai.

 

Jangan lupa, uang bukanlah alasan utama orang meninggalkan pekerjaan yang baik. Bukan pula karena uang tidak penting. Tapi karena rasa hormat dan penghargaan sudah hilang di tempat kerjanya. The honour alias kehormatan atau penghargaan itulah yang membuat seseorang betah di tempat kerjanya. Bekerja untuk ketenangan mental adalah mata uang sejati dari kepuasan profesional.

Penghargaan di tempat kerja itu penting. Karena tidak ada orang yang meninggalkan pekerjaan yang buruk. Yang banyak terjadi adalah orang munudr atau meninggalkan tempat kerja yang tidak lagi ada rasa menghargai. Tempat atau organisasi kerja yang biasanya dipimpin oleh leader yang buruk, arogan dan sangat subjektif. Pengalamannya belum teruji tapi merasa paling benar segalanya. Tempat kerja yang dipimpin leader yang tidak kompeten.

 

Saat bertanya ke beberapa orang yang mundur dari pekerjaan, tanpa kompensasi tanpa drama. Sebagian besar dari mereka beralasan meninggalkan pekerjaan karena merasa tidak dihargai. Hadirnya leader atau pimpinan yang tidak kompeten dan mulai menerapkan politik kantor untuk kepentingannya sendiri. Hilangnya sikap objektif dan organisasi berkembang ke arah subjektif. Nilai-nilai kebenara, kebersamaan, atau hati nurani mulai diabaikan. Organisasi kerja yang tumbuh atas “kepentingan subjektif” sehingga mengabaikan kontribusi orang lain. Leader yang bertindak semena-mena sehingga mengabaikan batasan-batasan yang menjadi norma di tempat kerja. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Tempat kerja yang berubah jadi “sekolahan”, terlalu banyak larangan. Sehingga jadi sebab tenpat kerja tidak nyaman, tidak lagi kondusif maka “terpaksa” sipekerja harus mundur.

 

Kita sering lupa. Gaji tidak bisa menggantikan perasaan tidak dihargai. Omongan yang tidka sesuai dengan kenyataan pun tidak akan mampu membuat orang bertahan di tempat kerjanya. Orang-orang yang bertahan di tempat kerjanya, sering kali karena merasa nyaman di lingkungan kerjanya sekalipun gaji tidak seberapa. Leader yang objetif dan tidak arogan, membangun budaya kerja yang positif. Lingkungan kerja yang menjadikan kesejahteraan bukan hanya kebijakan, tapi praktik. Bahkan mengutamakan kontribusi tim lebih penting daripada sekadar kepatuhan.

 

Orang-orang baik di tempat kerja itu pergi bukan karena tidak tahan bekerja keras. Bukan pula semata-mata karena gaji. Tapi karena di tempat kerjanya sudah tidak ada lagi “kehormatan”, tidak ada lagi sikap menghargai. Si leader omongannya besar tapi subjektivitas-nya tinggi. Budaya kerja berkembang jadi buruk. Omongannya kolaborasu tapi realiasasinya personal. Lupa, orang bekerja itu bukan karena kewajiban tapi karena makna dan kontribusi.

 

Jadi, apa sebab seseorang mundur atay bertahan di tempat kerja? Jawabnya karena kehormatan dan penghargaan, Bila masih ada keduanya, maka orang bertahan di tempat kerjanya sekalipun gaji tidak memadai. Tapi tempat kerja yang sudah “menghilangkan” kehormatn dan penghargaan seseorang, maka mundur dari tempat kerja jadi pilihannya. Dan itu, biasanya terjadi akibat hadirnya seorang leader yang tidak kompeten dan bermain politik kantor.

 

Seorang profesional di tempat kerja, pasti tahu kapan harus mundur kapan harus bertahan? Sebab seorang profesional, selalu berpikir bekerja adalah passion dan bertekad memberi kontribusi sepenuh hati. Sebab tempat kerja idaman adalah lingkungan kerja yang menjaga kinerja positif namun lahir dari rasa kemanusiaan dan sikap penghargaan. Maka jangan biarkan siapa pun membuat kita lupa. Bahwa setiap orang di mana pun pasti berharga!

 

Jangan menghamba pada pekerjaan. Tapi bekerjalah karena hati nurani dan kemanusiaan.

Exit mobile version