Kenapa Uang Pensiun 400 Juta Nggak Cukup?

Kenapa Uang Pensiun 400 Juta Nggak Cukup?

Pak Darto, seorang karyawan swasta di Jakarta tahun depan pensiun. Saat pensiun nanti, dia mengakhiri kariernya lebih dari 26 tahun. Posisi terakhir manajer, dan kira-kira akan mendapat uang pensiunan sekitar Rp. 400 juta. Dua pertiganya dari DPLK karena diikutkan dari tempatnya bekerja dan sepertinya akan dibayar dari kantornya. Sekalipun masih setahun lagi pensiun, Pak Darto mulai was-was di saat pensiun nanti.

 

Uang pensiun yang akan diterima Rp. 400 juta. Kenapa was-was Pak Darto, apa tidak cukup? Ternyata bukan soal cukup atau tidak cukup buat dia dan istrinya. Anak pertamanya sudah menikah tapi belum bekerja. Selama ini Pak Darto mensuplai setiap bulan dari gajinya untuk kehidupan anaknya tersebut. Sementara si bungsu masih kuliah di semester 3, masih perlu biaya untuk 5 semester lagi. Sementara Pak Darto dan istri juga punya kebutuhan per bulan mencapai Rp. 8 juta untuk makan dan kebutuhan rumah. Maka wajar Pak Darto was-was jelang pensiun, apa uang pensiunnya cukup untuk itu semua?

 

Uang pensiun Rp. 400 juta, insya Allah cukup untuk hidup Pak Darto dan istrinya di masa pensiun. Hanya masalahnya, beliau masih punya tanggungan anak pertama yang sudah menikah tapi belum bekerja dan anak bungsunya yang masih kuliah. Pak Darto pun bingung, gimana solusinya ke depan?

 

Kondisi seperti Pak Darto, sering terjadi. Karena faktanya 7 dari 10 pensiunan di Indonesia mengalami masalah keuangan.  Tidak mampu menutupi kebutuhan hidup di masa pensiun. Masih punya tanggungan biaya. Uang pensiun diprediksi akan habis dalam 3 tahun setelah pensiun. Akibat sandwich generation dan masih ada beban ekonomi di hari tua. Kini, Pak Darto dihantui rasa takut akan pensiun. Mau kerja di mana lagi setelah pensiun? Gimana harus ngomong stop subsidi ke anaknya yang sudah menikah? Pusing dan bingung, hingga jadi stres dan mental mulai terganggu. Begitulah risiko kebanyakan di kalangan pensiunan atau karyawan yang mau pensiun.

 

Masalah Pak Darto jelas bukan soal uang pensiun yang Rp. 400 juta. Bukan pula soal tidak punya dana pensiun. Tapi soal beban ekonomi yang masih besar di masa pensiun, sekaligus potensi habisnya uang pensiun dalam waktu cepat setelah pensiun. Ada potensi tingkat ekonominya menurun. Masa pensiun jadi merana bukan menikmati. Harus gimana dong?

 

Sudah punya dana pensiun khawatir. Dapat uang pensiun Rp. 400 juta was-was. Apalagi yang tidak punya dana pensiun atau yang uang pensiunnya hanya alakadarnya. Berat dan berat masa pensiun. Hari tua masih jadi momok yang menakutkan. Begitulah adanya.

 

Lalu, apa solusinya? Nah itulah pentingnya edukasi dana pensiun. Bukan hanya soal menabung untuk hari tua. Tapi harus antisipasi sejak dini saat jelang pensiun, diantara caranya adalah:

1. Mulai optimalkan dana pensiun, dengan menambah iuran sukarela. Jangan puas hanya menabung 5% dari gaji, apalagi ditambah iuran dari perusahaan. Optimalkan dana pensiun yang ada.

2. Komunikasikan rencana pensiun kepada anak atau pihak-pihak yang terkait, kapan pensiun dan apa konsekuensinya?

3. Hindari gaya hidup yang tidak perlu dan berlebihan. Mulai hemat untuk siapkan masa pensiun. Sebab saat pensiun, kita tidak punya gaji lagi.

4. Bikin coret-coretan biaya hidup di masa pensiun, berapa dan untuk apa? Standar hidup saat kerja pasti berbeda dengan saat pensiun. Istilahnya budget masa pensiun.

5. Jangan puas dengan kondisi saat bekerja, sebab selalu ada variabel tidak terduga di masa pensiun. Apalagi bila masih punya tanggungan dan utang. Mulailah bersiap untuk pensiun dengan segala konsekuensinya.

Sayang anak, mensubsidi biaya anak selagi masih bekerja sih tidak masalah. Tapi bila sudah pensiun, mau dari mana sumber uangnya? Karena itu, pasangan dan anak-anak harus tahu dan paham kondisinya. Agar punya kesadaran yang sama tentang masa pensiun, orang tua yang pensiun.

 

Kelemahan terbesar orang masih kerja itu tidak peduli terhadap masa pensiun. Selalu terlambat dan merasa masih lama waktunya.  Kita sering lupa, kita sangat mampu membayar apapun di saat bekerja. Tapi kita sama sekali tidak bisa membayar kepedulian untuk hari tua kita sendiri. Salam #SadarPensiun #EdukasiDanaPensiun #DPLKSAM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *