Jujur sih, saya bukan warga Jabar melainkan Banten, cuma punya TBM di wilayahnya KDM (Kang Dedi Mulyadi). Tapi setelah melihat tindak-tanduk dan pemikiran Pak KDM yang Gubernur Jabar ini, ”terpaksa” harus mengomentari. Buat saya, KDM itu jelas pemimpin yang pro-rakyat. Bikin kebijakan ”anak anak ke barak militer”, vasektomi, sekolah nggak boleh study tour, dan lainnya itu luar biasa. Perlu keberanian dan memang nggak populer buat orang-orang yang ”bertahan dengan begini-begini aja”.
Mau sebelum atau sesudah jadi gubernur, KDM kerjanya ke lapangan. Bertemu rakyatnya dan bagi-bagi sedekah ke rakyat yang membutuhkan. Anak yatim, nenek-kakek, orang cacat, pedagang keliling, anak sekolah, sampai tukang tambal pun dibagi duitnya. Saya sampai puyeng, duitnya KDM banyak banget. Sementara pemimpin lain, ketemu rakyat cuma saat ”minta dipilih” begitu kepilih ”hilang” semuanya. Bilangnya ”pemimpin demokratis” nyatanya ”pemimpin apatis”, semuanya yang jelek-jelek dibiarkan. Pemimpin yang cari untung sendiri tanpa peduli rakyatnya lapar atau nggak? Hellow pemimpin zaman now.
Pemimpin model KDM begini memang pro-kontra. Karena nggak biasa ada pemimpin model begitu. Umumnya pemimpin, asal udah dapat kursi, ongkang-ongkang kaki sambil mikir gimana balikin modalnya? Sementara KDM nggak pernah duduk di kantor, terus ke lapangan, temui rakyat. Bila kerja aparat daerah nggak benar pun langsung ”disemprot”. Kadang keras dan tegas, apalagi pada preman. Dia mau lingkungannya bersih, kerja yang benar dan selalu melayani rakyat, jangan cuma utak-atik anggaran buat ”nilep” sendiri. Kita harus jernih berpikir sekaligus kritis, apa ada ”uang negara” dipakai KDM? Fair aja, lacak aja dari mana uangnya dia? Apa bagi-bagi duit itu uang negara, lacak aja. Urusan ijazah doang kita bisa sampai ngotot, ada pemimpin bagi-bagi uang di jalanan diam aja. Tapi saya yakin, KDM proper dan punya integritas kok.
Apa buktinya? Yah dicek aja, KDM sebagai pemimpin sering naik sepeda, motor, pakai sendal jepit, sederhana (baju dan ikat begitu-begitu aja), bahkan kuburan orang tuanya pun nggak dikeramik. Padahal kuburan ortu bisa dibikin mewah kalau mau. Sementara aparat lainnya banyak yang ”ndekem” di ruangan, si KDM malah keliling melulu, ada aja yang dikunjungi dan dikerjain. Emang begitu harusnya pemimpin, mau memahami dan peduli rakyatnya, aspiratif, dan pengen rakyatnya sejahtera dan nggak susah walau itu sulit. KDM nggak punya kepentingan pribadi sepertinya, semua untuk melayani rakyat. Jadi jelas, pemimpin model begini langka dan nggak popular. Pasti banyak yang nggak suka. Tapi biarlah dia bekerja dulu, kita lihat saja nanti hasilnya kayak apa?
Ada yang bilang KDM itu pencitraan, yah itu gampang diperdebatkan sih. Buat saya cukup fakta di lapangan, tinggal kita ukur aja apa yang dikerjakan KDM itu baik atau nggak? Menyeleweng atau nggak, dia korupsi nggak? Marah-marah wajar asal benar, apalagi untuk urusan yang udah jadi “habit buruk” di masyarakat pasti banyak tantangannya. Samalah, ngajak anak-anak baca ke TBM juga susah dulu karena bukan habitnya. Sekarang ini, habit buruk yang udah terbiasa dan toleran sama yang jelek-jelek dan salah, jujur memang susah untuk “dikembalikan” ke yang baik dan benar.
Sebenarnya sih, banyak literatur udah bilang, gampang banget mengukur pemimpin yang baik atau tidak? Cukup lihat aja dia merakyat dan mau turun langsung ke lapangan atau nggak, protokolnya ketat nggak? jujur dan transparan nggak? peduli – responsif nggak sama rakyatnya. Tentu kan nggak bisa semua wilayah dikunjungi, daerahnya luas banget gitu. Kalau cuma aktif di medsos atau disebut gubernur konten, emang apa salahnya? Justru itu harus dilihat sebagai bukti kerjanya gubernur, malah budget promosi APBD jadi lebih hemat kan. Gilanya lagi, sat Persib jadi juara liga 1, KDM joget-joget bareng”bobotoh”, fans sepak bola aja didekati KDM. Selain tegas, hampir semua yang KDM kerjakan punya visi dan bisa dijelaskan dengan baik (terlepas dari soal orang lain setuju atau nggak?). Menurut saya, KDM itu sederhana banget dan nggak pamer kekuasaan juga. Sejauh ini, cukup sesuai dan konsisten antara ucapan dan tindakannya.
KDM banyak yang nggak suka? Sudah pasti, utamanya mereka yang terganggu urusan “dapurnya”, terganggu akibat kebijakannya. Buat saya, cara-cara dan pikirannya KDM memang “out of the box”, nggak lazim dan langka untuk ukuran pemimpin selevel provinsi. Tapi bila mau jujur, pemimpin begitu yang sebenarnya “dipengen” rakyat. Turun ke lapangan, apa masalahnya dan kasih solusi. Bukan dibiarkan berlarut-larut hingga dianggap “sudah biasa”, akhirnya rakyat frustrasi dan hilang harapan. Coba aja di survei, gara-gara KDM begitu, berapa banyak rakyat Jabar atau daerah di Jabar pengen didatangi KDM?
Buat saya, KDM itu orang baik dan nggak mementingkan dirinya sendiri. Itu penting buat pemimpin, bukan cuma syarat politis dan “topeng” saat pengen dipilih. Pastilah, orang baik dimusuhi orang tidak baik. Saya nulis begini aja, bisa dianggap testimoni atau pencitraan. Lupa ya, kalo saya bukan warga Jabar. Tapi saya boleh dong, nulis tentang orang baik dalam subjektif saya? Oke kan, lanjutkan kerjanya KDM! Maaf kalo nggak berkenan dengan tulisan ini.
Literasi KDM. Kita jadi belajar tentang pilih pemimpin itu yang aksi nyata, bukan yang mulut manis. Sudahi milih pemimpin yang salah dan mengecewakan. Masih banyak orang baik yang layak jadi pemimpin. Salam literasi! #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen