Ngobrol Bareng Anak Cewek, Saya Mau Ngapain Lagi Coba?

Kemarin libur, kebetulan anak yang bungsu (mahasiswa FK Unnes) lagi pulang ke rumah.  Saat ngopi time, ngobrol bareng sama dia, ada istri dan kakaknya. Tentang jadwal kuliah, tenang hidup di kost-an, dan tentang pergaulan di kampus. Sambill santai, saya hanya berpesan sederhana. Untuk selesaikan kuliah tepat waktu. Bila masuk kuliah tahun 2025 ini, maka sudah selesai dan wisuda di tahun 2029 nanti. Yah, sebatas obrolan antara ayah dengan anak perempuannya.

 

Ngobrol ngalor-ngidul, begitulah kira-kira. Sambil saya menegaskan kepada anak bungsu yang Perempuan satu-satunya. “Abi coba berdoa, biar tetap sehat dan panjang umur. Sehingga bisa mendampingi kamu hingga berumah tangga, alhamdulillah bisa menimang cucu dari kamu, Nak” begitu kata saya.

 

Standar harapan orang tua kepada anaknya. Apalagi kalua bukan sehat, panjang umur, bisa menyaksikan anak-anaknya menikkah dan akhirnya punya cucu. Untuk menegaskan panggilan “kakek” buat saya dan “nenek” untuk istri saya. Sambil mengingatkan diri, mau ngapain lagi coba di usia 55 tahun begini?

 

Mau ngapain lagi? Sebuah pertanyaan penting untuk saya, sebagai introspeksi diri. Anak ke-1 sudah berumah tangga dan memberi seoarang cucu sekarang. Anak ke-2 yang lulusan Univ. Brawijaya sudah bekerja, dan mungkin tahun depan sudah menikah pula. Tinggal anak ke-3 yang bungsu, saat ini sedang kuliah di FK Unnes. Makanya dipesankan untuk kuliah yang benar, jaga Kesehatan, bergaul yang baik dan selesai tepat waktu.

 

Dari sisi pekerjaan, alhamdulillah dan bersyukur banget. Tepat Agustus 2025 ini, tidak terasa sudah 31 tahun,  saya mengajar dan mengabdi di Universitas Indraprasta PGRI. Kerja sebagai konsultan personal tetap berjalan. Dan alhamdulillah, saat ini pun bergabung sebagai dewan pengawas di salah satu DPLK dari manajer investasi di Indonesia. Kerjaan lancar, rezeki lancar, Insya Allah ibadah pun lancar. Dari sisi sosila, Insya Allah saya sudah siapkan “warusan” melalui TBM Lentera Pustaka yang saya dirikan sejak 2017 lalu. Kini sudah mencapai 223 anak jadi pembaca aktif, bahkan melayani lebih dari 260 pengguna layanan dalam seminggu. Didukung 19 relawan aktif, dan kini TBM Lentera Pustaka jelas-jelas sudah jadi ladang amal saya di hari tua. Alhamdulillah lagi, masih rutin pula menyantuni dan mengaji setiap bulan dengan 12 anak yatim binaan, 14 jompo binaan, dan 3 janda yang dibantu. Semuanya sosial dan alhamdulillah masih berjalan hingga kini.

 

Terus, gimana dengan orang-orang yang benci dan nggak suka? Saya jawab sederhana, emang gue pikirin. Alhadmulillah banget, saya nggak peduli dengan orang lain. Sebab saya memang nggak bisa control orang lain. Maka mereka mau ngomong atau berpikir apa saja silakan, semuanya nanti mereka yang tanggung sendiri. Toh, saya nggak disekolahin oleh mereka. Saya nggak dikasih makan oleh mereka. Saya juga nggak akrab dengan mereka, siapa elo emangnya? Prinsip saya sederhana, fokus pada diri sendiri saja. Selalu memperbaiki diri dan mengerjakan yang baik dan bermanfaat di TBM Lentera Pustaka secara rutin. Jujur, saya sama sekali nggak paham tentang orang lain. Nggak suka juga membahas orang, sebab saya lebih suka membahas ide dan gagasan tentang pendidikan, taman bacaan, bahkan tentang dana pensiun. Lagi pula, bila ada orang yang tidak suka atau iri ya biaskan saja. Saya hanya diam dan menjauh darinya, pasti orang-orang itu terasa kok. Sekali lagi, saya nggak hidup dari mereka. Jadi, cukup abaikan saja! Masing-masing punya urusan dan biarkan waktu yang membuktikan.

Jadi, mau ngapain lagi coba? Sudah nggak ada lagi yang mau dicapai. Tinggak menjalani dan menikmati yang ada. Kerja lancar, mengajar lancar, makan enak, tidur nyenyak, aktivitas sosial tetap berjalan, dan ibadah semakin ditingkatkan. Dan Insya Allah, tetap mendamping anak-anak hingga gerbang kemandirian dan bermain sama cucu-cucu. Yang jelek-jelek hindari dan tinggalkan, hanya fokus pada yang baik-abaik dan bermanfaat seperti yang sudah berjalan di TBM Lentera Pustaka. Ngobrol bareng kawan yang nggak jelas dan Cuma basa-basi pun sudah lama saya hindari. Alhamdulillah, lebih sehat lebih tenang dan lebih bermakna.

 

Maka bertanyalah, mau ngapain lagi coba? Segala hal “mengalai” sudah, segala hal “diraih” sudah. Kini saatnya untuk “memberi” dan “menikmati”. Alhamdulillah, fiksulah pada diri sendiri. Jangan fokus pada orang lain, nggak ada manfaatnya. Salam literasi!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *