TBM 4 Kali Berubah Bentuk Bangunan, Eksekusi Mengalahkan Ide Hebat di Taman Bacaan

Banyak orang sering memuji ide-ide brilian yang disajikan di ruang diskusi atau seminar.  Sayangnya setelah mendapat pujian, satu tahun dua tahun kemudian ide brilian itu tetap hanya sebatas imajinasi. Kita lupa, ide sehebata apapun dan imajinasi tidak akan pernah menjamin kesuksesan. Ide hebat tanpa eksekusi hanyalah angan kosong yang tidak memiliki nilai apapun. Jelas bahwa, eksekusi lebih berharga daripada fantasi yang terlalu lama dibicarakan.

 

Di era sekarang, siapa pun yang paling cepat mengerjakan atau meng-eksekusi lebih dihargai daripada mereka yang lama berdiskusi tetapi tidak menghasilkan sesuatu yang konkret. Cepat bertindak, cepat mengerjakannya. Kecepatan membuat jejak nyata, dan jejak itu yang akhirnya menjadi dasar untuk berkembang dan bertumbuh. Meskipun belum sempurna, eksekusi sudah membuka akses pada realitas. Hingga kita tahu mana yang bekerja, mana yang perlu diperbaiki, dan arah mana yang perlu diambil. Tanpa eksekusi, kita hanya berputar pada ruang spekulasi yang gelap. Karenanya, berhasil atau sukses itu bukan yang sempurna, tapi yang cepat belajar dari tindakan aktual.

 

Ide memang penting tapi belum jadi apa-apa bila masih di kepala. Justru eksekusi lebih menentukan makna karena sudah diuji di dunia nyata. Di era serba cepat begini, kesempatan tidak menunggu siapa pun. Algoritma sudah berubah, kebiasaan orang  berubah, bahkan pesaing yang tidak kita kenal bisa muncul dalam semalam. Maka pertanyaannya bukan apakah ide kita hebat, tetapi apakah kita siap bergerak sekarang juga? Jadi, bukan idenya yang hebat tapi eksekusinya kapan? Ubah niat baik jadi aksi nyata.

 

Pola yang sama terjadi pula di gerakan literasi taman bacaan. Ide-ide hebat yang terbenam di kepada atau eksekusi literasi di akar rumput. Taman bacaan yang masih beroikir mau gimana atau taman bacaan yang konsisten berpraktik baik sesederhana apapun. Koleksi buku tidak banyak, biaya operasional tidak ada, bangunan alakadarnya, dan relawan sedikit selalu jadi alasan untuk tidak melakukan apapun. Semau itu sudha jadi masalah klasik di taman bacaan dari zaman republik ini berdiri. Taman bacaan tidak usah sempurna, asal mau bertindak secara konsisten. Eksekusi, eksekusi aktivitas di taman bacaan. Sebab, eksekusi lebih berharga daripada ide brilian.

Seperti yang terjadi di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Sejak berdiri 8 tahun lalu, bangunan pun sudah berubah 4 kali. Koleksi yang tadinya hanya 600 buku kini sudah lebih dari 10.000 buku bacaan. Jumlah anak dari 14 saja, kini menjadi 223 anak. Relawan dari tidak ada kini ada 18 relawan yang mengabdi. Dari 3 hari jadwal operasi jadi 6 hari buka dalam seminggu. Korporasi yang ber-CSR tiap tahu berubah-ubah keculai Bank Sinarmas. Dan setiap tahun, selalu ada fasilitas taman bacaan yang bisa diwujudkan. Karena spiritnya adalah eksekusi, eksekusi dan eksekusi, insya Allah selalu ada jalannya.

Ada banyak orang yang menunda berproses di literasi dan taman bacaan karena ingin semuanya sempurna. Kita lupa, kesempurnaan itu tidak terbentuk di awal tapi muncul setelah proses panjang yang dijalani dan dievaluasi. Jangan karena koleksi bukunya terbatas akhirnta taman bacaan tidak jelas kapan bukanya? Jangan karena tidak punya relawan, taman bacaan hanya sekadar “papan nama” tanpa ada aktivitas rutin. Kita sering lupa, mau bagaimana pun momentum lebih bernilai daripada kesempurnaan.

Riset Harvard Business Review menyebut mayoritas startup yang bertahan hingga kini bukanlah yang punya konsep paling unik, tetapi yang paling cepat meluncurkan versi pertamanya, mengumpulkan data nyata, kemudian memperbaikinya secara agresif. Hari ini bukan kompetisi siapa yang paling cerdas, tetapi siapa yang paling lekas mengambil langkah pertama. Bukan soal siapa ide yang paling hebat tapi siapa yang sudah eksekusi? Bukan tentang “papan nama” tapi konsistensi dalam mengerjakannya.

 

Sudah terbukti, dalam hal apapun, eksekusi mengalahkan ide hebat dan imajinasi. Kita hanya perlu bergerak cepat dan konsisten di jalan nyata, bukan bertahun-tahun membahas ide-ide yang itu-itu lagi. Di situlah pentingnya, aksi nyata daripada niat baik. Sebab hari ini, banyak orang tenggelam dalam perfeksionisme. Salam literasi!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *