Cerpen “Rian, Mahasiwa yang Terlalu Biasa”

Di sebuah universitas metropolitan yang ramai, hiduplah seorang mahasiswa bernama Rian. Ia mahasiswa PBSI FBS Unindra. Selain dikenal teman-temannya sebagai sosok yang Santai, Rian sangat menikmati masa kuliah sepenuhnya. Baginya, kuliah adalah tentang bersosialisasi, mengisi waktu di tengah pekerjaan sehari-hari, dan sesekali mengerjakan tugas jika mendekati tenggat waktu. Belajar sungguh-sungguh dan memikirkan masa depan karier terasa jauh dan membosankan baginya.

 

Rian memiliki seorang teman sekamar bernama Arya. Berbeda dengan Rian, Arya adalah sosok yang tekun dan fokus pada studinya. Ia selalu hadir di kelas, mencatat dengan rapi, dan sering menghabiskan waktu untuk membuat jurnal ilmiah. Yah, hitung-hitung untuk mendalami materi kuliah. Arya seringkali mengajak Rian untuk belajar bersama atau berdiskusi tentang materi kuliah, namun Rian selalu menolak dengan berbagai alasan.

“Ayolah Bro, besok ada tugas bikin jurnal ilmiah nih. Kita bikin bareng yuk,” ajak Arya suatu malam ke Rian.

 

“Santai ajalah bro Arya. Nanti kalua udah deket deadline-nya aja. Sekarang lebih seru kalau kita main game online, gimana?” jawab Rian sambil tertawa.

 

Waktu terus berjalan. Semester demi semester berlalu. Arya dengan tekun membangun fondasi pengetahuannya, mengikuti seminar dan workshop tambahan, serta aktif mencari kesempatan kelompok diskusiyang relevan dengan bidang studinya, Pendidikan Bahasa san Sastra Indonesia. Sementara itu, Rian tetap asyik dengan dunianya, menganggap nilai bagus hanyalah formalitas dan pengalaman kuliah lebih penting dari segalanya.

 

Tibalah saatnya mereka memasuki semester akhir. Teman-teman seangkatan mulai sibuk mempersiapkan skripsi dan mencari judul yang mampu disenanginya. Arya, karena ilmunya dan pengalaman di kelas, berhasil mendapatkan tawaran pekerjaan di perusahaan lain bahkan sebelum ia lulus.

 

Rian baru mulai merasa panik ketika menyadari bahwa sebagian besar teman sekelasnya mulai banyak yang ujian siding skripsi. Dia sendiri tidak banyak memahami materi kuliah sejak awal. Karena kuliah hanya untuk aktualisasi diri, untuk eksistensi sosial. Pemahaman materi kuliah dangkal dan keterampilan spesifik bahasa Indonesia pun kurang dikuasai. Ia mencoba mengingat kembali materi-materi kuliah yang dulu ia abaikan, namun semuanya terasa kabur dan sulit dipahami.

 

Ia mulai menyesali keputusannya untuk tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Ia melihat Arya yang kini sudah mulai meniti kariernya dengan mantap, sementara ia masih kebingungan mencari arah masa depan. Skripsi pun belum rampung. Rasa iri dan penyesalan bercampur aduk dalam benaknya.

 

Rian akhirnya menyadari bahwa masa kuliah bukan hanya tentang kesenangan dan pengalaman sosial, tetapi juga tentang membangun bekal untuk masa depan. Ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di bangku kuliah adalah investasi berharga yang akan menentukan arah karier dan kehidupan seseorang setelah lulus.

 

Dengan sisa waktu yang ada, Rian berusaha keras mengejar ketertinggalannya. Sekalipun terlambat, ia mulai memanggil Kembali ingatannya tentang kuliah. Buku-buku semasa kuliah dibacanya Kembali. Agar skripsinya bisa rampung, sambil meminta bantuan Arya untuk membimbingnya biar skripsinya tuntas.. Namun, ia menyadari bahwa ia telah kehilangan banyak kesempatan berharga karena kelalaiannya di masa lalu.

 

Meskipun Rian akhirnya berhasil lulus, ia menghadapi persaingan yang lebih ketat di dunia kerja. Ia tetap berada di posisi yang lama. Belum ada perubahan sejak dirinya menjadi sarjana. Hampir tidak ada bedanya sebelum kuliah dan sesudah menjadi sarjana. Rian harus bekerja lebih keras untuk membuktikan kemampuannya di kantor. Pengalaman ini menjadi pelajaran berharga baginya bahwa menunda-nunda persiapan masa depan bisa berakibat fatal.

—-

Kisah Rian, seorang mahasiswa yang “terlalu biasa” saat menjadi mahasiswa menjadi pengingat bagi kita bahwa menikmati masa kuliah memang penting, namun mempersiapkan masa depan melalui belajar yang sungguh-sungguh adalah hal yang jauh lebih krusial. Masa depan yang cerah tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus diusahakan sejak dini dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang relevan. Arya, dengan ketekunannya, telah membuktikan bahwa investasi terbesar seorang mahasiswa adalah pada pendidikannya sendiri. Untuk masa depannya yang lebih baik.

Seperti yang terjadi saat kuliah Menulis Kreatif di PBSI FBS Unindra yang diampu Dr. Syarifudin Yunus, M.Pd. (10/5/2025), kisah tentang Rian dan Arya pun membuat semua mahasiswa tertunduk. Mahasiswa yang tertunduk sambil memegang kepalanya, memberi hikmah akan pentingnya kuliah dengan sepenuh hati. Jangan sia-siakan waktu untuk memperbaiki diri. #MenulisKreatif #SyarifudinYunus #UnindraKeren

Exit mobile version