Kenapa Harus Kecewa?

Seperti di bulan puasa, tidak sedikit orang yang hanya menunggu waktu Maghrib dan berpikir mau berbuka puasa pakai apa nanti? Hingga gelap mata, dan begitu banyak panganan dibeli. Hanya untuk melampiaskan nafsu berbuka setelah 12 jam menahan lapar dan haus. Begitulah puasa, bila jadi pelampiasan kecewa.

 

Faktanya, memang banyak yang larut dalam kecewa. Berteman tidak cocok kecewa, makan pengen yang enak ternyata tidak lalu kecewa. Menjalin hubungan susah sekian lama, maunya begini dan begitu lalu akhirnya kecewa. Kerja pengen dapat gaji yang cukup tapi akhirnya kecewa lagi. Memang kecewa adalah realitas dan mungkin selalu ada. Hanya jangan berlarut-larut dalan kecewa, rileks saja dan tetap antisipasi. Karena selalu ada peluang baru di balik kecewa dan peristiwa.

 

Sudah biasa kok. Gagal dalam pekerjaan, kecewa dalam hubungan, atau rencana yang tidak berjalan sesuai harapan. Masalahnya, banyak orang terlalu fokus pada rasa kecewa, pada rasa kehilangan dan penyesalan. Sehingga gagal menyadari bahwa ada peluang baru yang bisa dikerjakan. Selalu ada hikmah positif di balik kecewa, marah, dan penyesalan.

 

Berkiprah di taman bacaan pun begitu. Anak-anak yang membaca sedikit, relawan tidak punya, koleksi buku belum memadai, hingga bangunan apa adanya. Taman bacaan jadi terbatas, dan susah bertahan untuk giat menbaca. Jadwal baca tidak pasti, kapan buka kapan tutup? Mulailah kecewa, berkecil hati, dan mulai berpikir “tutup”. Itu terjadi karena fokusnya kecewa dan kesedihan. Santai saja, jadikan taman bacaan sebagai tempat asyik dan menyenangkan. Bila tidak ada yang baca, cukup kita sendiri yang baca. Bila tidak ada relawan maka kitalah yang sukarela berada di taman bacaan. Di taman bacaan, nikmati saja prosesnya dan sedikitkan rasa kecewa.

 

Maka, apapun dan di mana pun, jangan pernah terjebak dalam kesedihan yang berkepanjangan. Jangan larut dalam rasa kecewa yang tiada akhir. Sudahi dan ikhlaskan. Kita harus berani melepaskan masa lalu dan mengarahkan pandangan ke depan. Karena besok, ada banyak pintu lain yang siap membawa kita ke arah yang lebih baik, lebih berkah. Asal tetap optimis dan ikhtiar dengan baik.

 

Sungguh di dunia ini, tidak ada orang kuat yang terlihat hebat. Mereka hanya menjalani kecewa dan sedih dengan cara tersenyum atau diam. Salam literasi!

Exit mobile version