Sebagai apresiasi kepada anak saya, Farah Gammathirsty Elsyarif yang lolos SNBT 2025 dan diterima di Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang (Unnes), saya sebagai orang tua mengajak jalan-jalan sambil menikmati kebesaran Allah SWT di lautan nan luas. Rileks sambil ngobrolin gimana saat kuliah nanti di Semarang? Jauh dari orang tua dan untuk kali pertama anak perempuan tidak lagi bersama di rumah.
Sudah pasti, orang tua mendukung apapun yang dipilih anaknya. Pasti support 100% apapun yang akan ditempuhnya di bangku kuliah nanti. Utamanya untuk menyukseskan ”si bungsu” agar dapat menyelesaikan studi tepat waktu, 4 tahun pas. Terhitung 2025 sampai dengan 2029 nanti.
Dalam suasana santai. Saya pun menyampaikan kepada Farah, disaksikan Ibu dan kakaknya Farid. Bahwa siapapun yang kuliah pasti menunutu kemandirian dan tanggung jawab penuh pada diri sendiri, berbeda dengan sekolah yang semuanya diaturin. Kuliah lebih fleksibel dan mahasiswa menyusun jadwal sendiri, dosen tidak selalu mengingatkan tanggung jawab pribadi. Lebih analitis dan kritis, materi lebih padat dan cepat, dosen tidak selalu terlibat langsung. Tugas bisa jarang tapi kompleks, ujian selalu ada, Kehadiran penting, tapi tidak selalu diawasi ketat. Bebas, sesuai etika kampus. Singkatnya, kuliah menuntut lebih banyak inisiatif dan tanggung jawab pribadi dibanding masa sekolah.
Dan yang penting, tidak semua pelajaran hidup bisa didapat dari ruang kelas atau buku teks. Justru ilmu yang paling berharga bisa datang dari obrolan santai sama orang yang sudah makan asam garam kehidupan. Atau dari mereka yang selalu berhadap dengan realitas, bukan hidup dalam mimpi. Maka untuk itu, yang dibutuhkan cuma telinga untuk mendengar, hati untuk menerima, dan otak untuk mencerna.
Karena itu, apapun alasannya. Jangan pernah meremehkan percakapan sederhana. Karena bisa jadi, satu kalimat dari orang yang sudah maakn asam garam membuka jalan hidup yang selama ini kamu cari. Hargai setiap obrolan sesederhana apapun. Belajar atau kuliah sejatinya tidak kenal tempat dan waktu. Siapapun dan di mana pun, lebih baik tumbuh bareng untuk saling menasihat dalam kebaikan. Bukan cuma pintar di teori, tapi juga jago di medan perang nyata. Begitu kira-kira obrolan orang tua bareng anaknya yang mau masuk ke PTN di lesehan!