55 Tahun Pendiri TBM Lentera Pustaka, Suka Lupa Kalau Sudah Tua

Kemarin 15 Maret 2025, saat ulang tahun ke-55, saya menggunakan kaos berjudul “suka lupa kalau sudah tua”. Kaos itu bukan tanpa alasan saya kenakan. Justru ada banyak pesan dan hikmah untuk diri saya sendiri, bahkan menjadi pengakuan diri di hadapan anak-anak, istri, menantu, dan cucu saya di saat buka puasa bersama keluarga kemarin.

 

Suka lupa kalau sudah tua. Bukan hanya soal usia. Tapi lebih pasnya soal cara berpikir dan sikap mental yang melekat pada diri sendiri. Untuk lebih fokus pada diri sendiri, tidak lagi peduli terhadap urusan orang lain, kecuali berkiprah secara sosial di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.bkita sering lupa kalau sudah tua, kok masih sering membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Sudah tua, kok masih berani bergibah. Apalagi hanya bisa menyalahkan orang lain tanpa mampu introspeksi diri.

 

Lupa kalau sudah tua. Masih mengejar dunia ke mana-mana, dari subuh hingga larut malam mencari materi dan harta. Tanpa bisa membagikannya kepada sesama, tanpa punya waktu lagi untuk berbuat baik dan menebar manfaat kepada orang lain. Ketika sudah tua, terus bila mampu mencapai semuanya, mau ngapain lagi?

 

Terus terang, di sekitar kita, kian banyak orang-orang yang fokusnya pada masalah, fokusnya pada mencari kejelekan orang lain. Maka di usia 55 tahun, saat mengenakan kaos “suka lupa kalau sudah tua”, saya menegaskan untuk komitmen dan selalu ikhtiar menjauhkan diri dari perbuatan buruk dan pikiran negatif. Melepaskan apapun yang membuat stres dan tidak nyaman, menghindari diri dari orang-orang toxic, apalagi arogan dan subjektif.

 

Hari gini, di zaman begini, lebih baik fokus pada hal-hal yang baik dan bermanfaat. Bila perlu yang asyik-asyik saja, mendingan nonton tiktok yang bisa bikin ketawa kapanpun. Kenapa? Karena kita berbuat baik dan bermanfaat saja belum tentu bisa mendapat surga-Nya, apalagi gemar berbuat buruk dan berpikir negatif. Jadi penting, di usia 55 tahun, untuk memilih lingkungan dan tempat bergaul yang sehat dan produktif.

 

Saya, bisa jadi, tidak sebaik yang orang lain pikirkan. Itu hak orang lain dan saya tidak bisa mengontrol sikap dan pikiran orang lain kepada saya. Karena saya hanya bisa mengendalikan hati, pikiran, dan perilaku saya sendiri. Selebihnya saya tidak mampu dan menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ketahuilah, atas alasan apapun, orang lain lebih banyak mengingat kekurangan dan kesalahan kita. Tapi hanya sedikit mengingat kebaikan yang kita perbuat. Jadi, tidak usah pusing dengan prasangka buruk orang lain.

Ada istilah, bila mau tahu buruknya kita, silakan tanya kepada para pembenci kita. Tapi bila ingin tahu baiknya kita, tidak usah tanya siapa-siapa. Begitulah nyatanya.

Oplus_131072

Saat usia 55 tahun kemarin, saat memakai kaos “suka lupa kalau sudah tua”. Saya hanya bertekad untuk lebih fokus pada keluarga dan orang-orang tercinta di sekitar saya, tetap mengajar dan bergaul dengan orang-orang baik sambil berkiprah sosial di TBM Lentera Pustaka. Tidak ada yang lainnya, tidak lagi punya obsesi duniawi. Semuanya sudah saya rengkuh sudah saya capai, selebihnya tinggal konsisten berbuat baik dan menebar manfaat. Selebihnya menyerahkan segalanya kepada Allah SWT.

 

Apapun bisa terjadi. Karena Nabi Ibrahim tidak pernah tahu api yang membakarnya berubah menjadi dingin. Nabi Musa sama sekali tidak tahu lautan di depannya bisa terbelah. Nabi Muhammad pun akhirnya menjadi pilihan kekasih Allah SWT. Segalanya dapat terjadi bila mau berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama, itulah yang kini melandasi hidup saya di usia 55 tahun.

 

The show must go on. Fokuslah pada yang baik-baik dan asyik-asyik. Dan jangan pernah biarkan orang lain merusak kebaikan yang kita sudah torehkan. Karena sejauh apapun kita melangkah, pasti ada orang lain yang tidak suka dan tidak ingin melihat kita melangkah jauh. Karena di saat kita maju, pasti ada orang-orang yang tertinggal dan mencibir di belakang.

 

Suka lupa kalau sudah tua. Artinya, penyesalan itu kadang bukan karena kita melakukan hal yang salah. Tapi karena kita melakukan yang terbaik untuk orang-orang yang salah. Jadi, tetap melangkah dan hati-hati saja. Salam literasi!

Exit mobile version