Aku Ajari Mereka Bersujud

Apa kamu hari ini cemas?, stres dan frustrasi? Atau sedang sedih? Perbanyaklah sujud dan sujud. Karena dengan sujud, siapapun akan menemukan kenyamanan luar biasa dan membuat jiwa kita merasa lebih ringan. Siapapun yang bersujud, pasti di hatinya hanya ada Allah SWT. Tidak akan menggantungkan diri kepada orang lain, apalagi hanya sekadar berkeluh-kesah kepada orang lain yang tidak ada manfaatnya. Jadi, apa masih ada alasan bagi kita untuk tidak bersujud?

 

Dan sujudlah, serta dekatkanlah dirimu kepada Tuhanmu.{QS. Al ‘Alaq: 19}. Sebagai seorang ayah, tidak ada warisan yang dtinggalkan kepada anak-anaknya selain sujud. Bukan harta, bukan pula uang. Tapi ajaran tentang pentingnya bersujud di setiap waktu. Maka sedari kecil, aku mengajari mereka (anak-anak) untuk bersujud di segala keadaaan. Sujud adalah bentuk kepatuhan dan penyembahan kepada Allah SWT, sang pencipta dan pemilik segalanya.

 

Di dunia ini,sungguh  tidak ada kenikmatan yang lebih besar daripada sujud. Bila tujuan kita adalah ingin menggapai langit, maka letakkan dahi kita terlebih dahulu dalam sujud. Karena saat bersujud, selalu ada keindahan dan kebahagiaann yang membuat kita lebih dekat kepada-Nya. Sambil menyerahkan hati dan jiwa kepada sang pencipta. Sebab “Hanya kepada Allah lah sujud (patuh) segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, baik atas kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan bersujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (Q.S Ar-Ra’d: 15).

 

Setiap manusia pasti pernah mengalaminya. Terkadang tidak ada bahu yang bisa dijadikan sandaran untuk menangis. Tidak ada pula tempat cerita yang bisa memberi solusi. Tapi ketika dahi menunduk di atas tanah, selalu ada keikhlasan dan keteangan yang tidak ada bandingannya.  Ternyata, Allah telah memilih kita dari jutaan manusia untuk menyembah-Nya, sementara yang lain masih terus disibukkan urusan dunia bahkan berbuat dosa.

 

Hanya sujud yang dapat melepas beban pikiran. Hanya sujud yang dapat meringankan masalah atau kekhawatiran sebesar apapun. Hanya sujud yang bisa mengemablikann kehadiran Allah sekaligus  realisasi penyerahan diri dan ketidakberdayaan manusia di hadapan-Nya. Ada sikap pasrah, berserah, dan ketangguhan mental pada setiap dahi yang bersujud.

 

Hidup memang tidak pernah lepas dari masalah dan kekhawatiran. Kadang kita cemas tentang masa depan, khawatir tentang rezeki, takut akan kehilangan, atau resah dengan keadaan yang tidak sesuai harapan. Semua itu wajar terkadi. Karena hati manusia memang tempat singgahnya perasaan, dan pikiran kita sering kali sibuk menebak-nebak apa yang belum tentu terjadi. Namun, kekhawatiran yang terus dipendam tanpa pernah dilepas, ibarat awan mendung yang menggumpal di langit. Semakin lama ia menutup cahaya, semakin berat hingga akhirnya tidak mampu lagi menahan hujan. Begitulah hati yang terlalu penuh, pikiran yang terlalu mumet. Dan pada akhirnya ia membutuh tempat mengadu dan menumpahkan segala rasa. Sujud dan sujudlah.

Seperti membaca buku di taman bacaan pun sejatinya sedang bersujud. Memahami ilmu dan kekuasaannya melalui bacaan. Memahami isi bacaann untuk kehidupan. Hinga merenung bahwa manusia bukanlah apa-apa tanpa ilmu-Nya. Membaca adalah sujud dalam batin, untuk berdialog dengan-Nya dan bacaannya sendiri.

Sayangnya, kita sering salah menaruh keluh-kesah. Ada yang melampiaskan lewat amarah, ada yang memilih diam hingga terluka sendiri, ada pula yang sibuk mencari pelarian agar sejenak lupa. Bahkan tidak sedikit yang bercerita ke orang lain. Maka hasilnya pasti hampa. Karena  hanya Allah tempat satu-satunya yang paling aman untuk segala keresahan. “Dan pada sebagian malam, bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian malam yang panjang.”

 

Apapun dan di mana pun, biarkanlah sujud menjadi hujan yang menyejukkan, hingga hati kembali cerah dengan cahaya iman. Maka ajari anak-anak kita untuk sujud. Sebab sujud sangat istimewa. Kita berbisik ke bumi tapi terdengar hingga ke langit. Salam literasi!

Exit mobile version