Menyimak hasil Japan Open 2025 (Daihatsu Japan Open 2025) hari ini (18/7/2025), dunia bulutangkis Indonesia bolehlah disebut hancur lebur. Di turnamen sekelas BWF World Tour Super 750, pebulutangkis Indonesia berguguran dan tidak ada yang tembus ke seminfina. Tersisa tinggal ganda putri Lanny Tria Mayasari dan Siti Fadia Ramadhanti yang belum bertanding. Tapi meligat lawannya pasangan China ( N. Tan dan S.S. Liu) berpotensi kalah.
Pengurus PBSI patut mikir dan instrospeksi diri. Kok belakangan ini, sepanjang tahun 2025, hampir tidak ada pebulutagkis Indonesia yang bisa juara di BWF World Tour Super Series, termasuk di Indonesia Open 2025 saat menjadi tuan rumah. Ada masalah besar di bulutangkis Indonesia saat ini. Tidak usah dibandingkan dengan China, Jepang atau Korea, mungkin di masa sekarang Indonesia tertinggal jauh dari ketiga negara tersebut. Cukup dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand (sesama negara Asia Tenggara) yang pebulutangkis-nya makin maju dan meroket. Sebut saja di Japan Open 2025 ini, Malaysia bisa meloloskan 4 pasangan ke semifinal, sedangkan Thailand 1 pasangan, Indonesia nol dan “balik kampung”.
Antony Ginting, Gregoria Mariska, Honathan Christie, dan pebulutangkis yang pernah punya nama besar berguguran di turnamen bergengsi. Ada masalah besar dengan bulutangkis Indonesia hari ini. Prestasinya merost tajam dan nggak bisa dianggap sepele. Minimnya gelar juara yang diraih di turnamen-turnamen bergengsi BWF World Tour, terutama di level Super 500 ke atas adalah bukti. Sekarang, Indonesia tidak lagi dianggap “musuh besar” di bulutangkis dunia.
Sebagai pengagum tontonan bulutangkis super series, saya harus bilang ada masalah besar di bulutangkis Indonesia saat ini. Entah, karena regenerasi yang tidak bagus. Sistem pembinaan pun harus dievaluasi. Ini bukan lagi soal “jam terbang” tapi teknik bermain dan mental bertandingnya tergolong jelek. Apa sebabnya dunia bulutangkis Indonesia merosot tajam? Harus dicari tahu akar masalahnya. Pelatihnya yang jelek, pemainnya yang bermasalah atau pengurus PBSI yang tidak punya motivasi berprestasi. Jadi kasihan dengan dunia bulutangkis Indonesia yang tadinya keren dan harum di dunia, kini merosot tajam. Nol juara, nihil prestasi.
Bulutangkis Indonesia dalam keadaan krisis (bila tidak mau dibilang sakit). Ada masalah besar dan harus dicari obatnya segera. Bila tidak, bisa jadi bulutangkis bukan lagi jadi cabang olahraga yang membanggakan dan jadi andalan Indonesia. Buktinya, nol gelar di turnamen besar seuper series BWF. Melum lagi manajemen PBSI yang mungkin nggak punya visi. Tenaga pelatih yang nggak mumpuni. Bahkan pelatih berpengalaman pun mundur dan pindah ke luar negeri. Mungkin pelatnas bulutangski juga bermasalah.
Belakangan terlihat, pemain bulutangkis Indonesia kalah teknik kalah mentalitas saat bertanding. Beda jauh dengan Malaysia dan Thailand yang menunjukkan peningkatan pesat. Seperti ada persolana kultur dan mentalitas di bulutangkis Indonesia saat ini. Belum lagi soal teknis dan non‑teknis yang merundung dunia bulutangkis kita.
Pemain bulutangkis Indonesia, tekniknya biasa-biasa saja. Makanya kewalahan saat menghadapi pemain negara lain yang tekniknya terus berkembang dan makin “jago”. Silakan dievaluasi bulutangkis Indonesia skearang. Bila tidak, dapat diprediksi pemain Indonesai akan semakin jauh dari gelar dan prestasi.
Bertanyalah, mau dibawa ke mana bulutangkis Indonesia? Kok nol gelar nihil prestasi sih sekarang. Selamat menjawab dengan prestasi! Salam dari pengagum tontonan bulutangkis di TV. Ayo Indonesia!