Sebagai upaya mengungkap realitas penggunaan AI (Artificail Intelligence) di masyarakat dan menyambut Hari Sumppah Pemuda, mahasiswa semester VII PBSI FBS Universitas Indraprasta PGRI meluncurkan buku “Paradoks AI”, sebuah buku kumpulan liputan jurnalistik di Kampus Unindra (25/11/2023). Buku ini menegaskan, semakin sederhana manusia berpikir, maka semakin sulit bagi AI.
Sebagai generasi muda, 45 mahasiswa peserta kuliah Jurnalistik yang diampu dosen Dr. Syarifudin Yunus, M.Pd ditugaskan untuk meliput, mewawancarai, dan membuat berita terkait AI. Diterbitkan oleh Lovrinz Publishing, buku setelab 189 halaman ini setidaknya memberi pesan pentingnya penggunaan AI secara hati-hati, bukan asal pakai.
Paradoks AI menjadi sebuah gambaran keanehan atau kontradiksi tentang kecerdasan buatan bekerja dan memengaruhi manusia. AI diciptakan untuk membantu manusia berpikir lebih baik, tetapi bisa membuat manusia berpikir lebih sedikit. Banyak orang terbiasa menggunakan google maps tapi justru hidupnya kehilangan arah. Ada paradoks etika dan sosial pada AI. Sebab semakin pintar AI, semakin besar pertanyaan moral dan tanggung jawab manusia. Maka hati-hati, AI bisa menjadi peluang sekaligus ancaman. AI tetap menjadi paradoks, mampu melakukan hal-hal yang sulit bagi manusia tetapi kesulitan melakukan hal-hal yang mudah bagi manusia. Semakin sederhana bagi manusia, sering kali semakin sulit bagi AI. Apakah AI benar-benar mempermudah hidup manusia, atau justru membuat manusia kehilangan nilai-nilai kemanusiaan?
“Buku Paradoks AI ini karya kolaborasi antara dosen pengampu mata kuliah jurnalistik dengan mahasiswanya. Buku ini jadi bukti mahasiswa harus memahami cara kerja jurnalistik, di samping cara memanfaatkan AI dalam kehidupan sehar-hari. Dari buku ini, mahasiswa menjalani proses jurnalistik yang paripurna. Dari siapkan bahan, meliput, mewawancarai dan membuat berita ” ujar Dr. Syarifudin Yunus, M.Pd. , dosen pengampu Jurnalistik Unindra di sela peluncuran buku.
Di tengah pesatnya ilmu jurnalistik, mahasiswa dituntut harus memahami cara kerja jurnalistik, di samping menjadikan jurnalistik dan media sebagai proses dan keterampilan. Mampu menjadikan jurnalistik sebagai sarana meliput dan menulis untuk berbagi peristiwa atas dasar data dan fakta, di samping menyajikan informasi yang layak. Di balik buku ini, mahasiswa belajar jurnalistik sambil menuliskan dan mempublikasikannya sendiri.
Maka di kalangan anak muda, kaum millenial dan Gen Z, AI bukan hanya soal teknologi digital semata. Tapi soal kesiapan cara pakai dan implementasi keseharian dengan memperhatikan aspek kognitif dan pengetahuan yang objektif. Bukan malah menjadi malas berpikir. Buku ini, mempertemukan antara teori dan praktik dalam jurnalistik. Kuliah sambil menulis sebagai proses meningkatkan keterampilan mahasiswa. Seperti dikatakan dalam buku “Jurnalistik Terapan” karya Syarifudin Yunus, bahwa sinergi teori dan praktik harus berujung pada karya jurnalistik.
Buku liputan jurnalistik “Paradoks AI” ini mengungkap secara sederhana, sehebat apapun AI tetap harus bertumpu pada akal sehat dan hati nurani, bukan hanya sekedar gampangnya memperoleh jawaban. Salam Jurnalistik! #ParadoksAI #KuliahKurnalistik #MahasiswaUnindra
