Ada yang bilang. Luka tidak hilang bila terus disimpan dalam pikiran. Mungkin ada benarnya, karena banyak orang mengira diam berarti sembuh. Padahal diam. kadang hanya menjadi cara paling halus untuk menutupi luka dan rasa sakit yang belum selesai. Luka yang hanya berubah bentuk. Terlihat baik-baik saja dari luar, tapi di dalam, hati dan pikiran masih penuh luka yang tidak diakui.
Luka yang disimpan, adalah luka yang disembunyikan dan tidak benar-benar pergi. Ia berubah menjadi kemarahan kecil, kecurigaan terhadap orang lain, atau rasa hampa yang datang tanpa sebab. Luka yang terbawa hingga pikiran,, atas sebab apapun.
Dalam banyak hal, banyak yang terluka bukan karena disakiti orang lain. Tapi karena caranya sendiri mengingat luka.Sakitnya masa lalu sering kali tidak datang dari kejadian itu sendiri, tapi dari bagaimana terus memutar ulang ceritanya di kepalanya sendiri. Selalu memikirkan “kenapa itu bisa terjadi”, atau berspekulasi “andai aku dulu begini”. Lalu membatin “mungkin aku tidak cukup baik”. Padahal tidak ada satu pun dari itu yang bisa diubah. Selain hanya menghidupkan kembali luka yang seharusnya sudah mati.
Kita sering lupa. Menyembuhkan diri bukan berarti melupakan, tapi mengizinkan masa lalu berhenti menyakiti diri. Maka biarkan yang sudah berlalu berhenti di tempatnya. Siapapun tidak bisa terus membawa kenangan lama ke dalam hari-hari baru dan berharap hidup jaadi terasa ringan. Luka itu tidak akan sembuh kalau kita masih memberinya tempat tinggal di pikiran setiap hari.
Memang, ada kalanya hidup terasa berat bukan karena keadaan sekarang. Tapi karena beban masa lalu yang belum selesai. Luka yang tidak disembuhkan bisa berubah jadi rantai yang menahan langkah ke depan. Kita mungkin sudah tumbuh, sudah berjarak dari masa lalu. Tapi hati masih sering menoleh ke belakang, mengulang adegan yang menyakitkan, mendengarkan suara yang mengecilkan, dan membiarkan kenangan itu hidup kembali setiap kali ingin tenang.
Luka atas sebab apapun. Belajarlah untuk berhenti menyiksa diri dengan ingatan yang sama. Jangan menympan luka dalam pikiran. Sebab tidak semua kenangan harus diurai, tidak semua rasa harus dicari artinya. Kadang yang dibutuhkan hanyalah menerima bahwa hal itu terjadi, dan kita tidak bisa mengubahnya. Tapi kita tetap bisa memilih: untuk terus terluka karenanya atau tumbuh melewati Pelajaran tentang luka.
Siapapun tidak akan pernah benar-benar tenang, tidakk akan damai bila masih memberi nafas pada hal-hal yang seharusnya sudah mati. Luka itu bisa datang dari pengkhianatan, kehilangan, atau penyesalan yang tidak terselesaikan. Luka yang hadir karena kecewa dan sedih. Tapi satu hal yang perlu dipahami: rasa sakit itu bukan musuh, luka itu bukan teman. Luka hanyalah guru yang mengajarkan bagaimana cara melepaskannya dengan benar. Hingga kita mau berdamai dengannya. Bila tidak, maka kita akan terus terjebak dalam masa yang sudah tidak ada. Karenanya, luka tidak akan hilang bila terus disimpan dalam pikiran. Salam literasi!