Jangan Terlalu Bersinar, Nanti Kamu Mengganggu Orang yang Nyaman dalam Gelap

Ada benarnya anekdot yang menyebut, “jangan terlalu bersinar, nanti kamu mengganggu orang yang nyaman dalam gelap”.

 

Realitas itu bisa terjadi di mana saja, utamanya di dunia kerja di kantor kita. Tidak semua tempat kerja itu sehat. Selalu ada political office, ada toxic people, bahkan ada yang bertentangan dengan akal sehat dan hati nurani kita.

 

Pernahkah kamu merasa aneh. Ketika ada orang yang “dulunya” mengemis-ngemis meraih jabatan. Tapi begitu sudah jadi, sifat aslinya keluar. Arogan dan subjektif, lalu merasa pikiran dan tindakannya paling benar? Kerjanya hanya mencari kesalahan orang lain, lalu meminta validasi dari orang-orang ada di bawahnya. Hati-hati dan hindari orang model begitu.

 

Faktanya, tidak semua hal yang diniatkan tulus ikhlas bisa dipahami sama oleh orang lain. Karena sebagian orang memang “nyaman dalam gelap”. Sehingga kamu, bisa jadi target yang harus disingkirkan. Apalagi bila kamu lebih bersinar dari orang itu. Berbagai upaya yang jelek pasti akan dilakukan. Karena masalahnya cuma satu, “kamu lebih bersinar darinya”.

 

Sejarah membuktikan di sebuah organisasi. Ketika kamu lebih bersinar, kamu akan dicari-cari kesalahannya sekalipun dimanipulasi dengan bungkusan argumen yang belum tentu benar. Kamu dilarang mewakili organisasi itu di manapun, untuk meredupkan sinar kamu. Membangun narasi dengan orang-orangnya (sesama toxic) untuk men-down grade kamu. Padahal esensinya, dia sangat arogan dan subjektif. Tidak ada sinergi, tidak ada lagi istilah “ingin melakukan yang terbaik”. Soalnya sederhana, karena kamu terlalu bersinar sehingga bisa dianggap sebagai ancaman, bukan inspirasi.

 

Di beberapa tempat atau organisasi, saat kehadiranmu lebih terang pasti akan menyilaukan mereka yang sudah lama nyaman dalam gelap. Orang yang tidak kompetensi mengaku bisa. Orang yang tidak pernah bergaul menjadi super arogan saat memimpin. Akibat gelapnya rutinitasnya yang tanpa arah. Gelapnya sistem yang orientasinya menyingkirkan orang lain.Gelapnya cara berpikir yang sok berbuat padahal nothing, tidak ada apa-apanya. Karena semua dibangun dari subjektivitas dan memohon validasi orang-orang sekitarnya. Manusia yang bekerja atas dasar kamuflase kepura-puraan, dan gemar bermukim dalam gelap logika dan hati nuraninya sendiri.

 

Ketahuilah siapapun yang nyaman dalam gelap. Pasti yang aktif dianggap ambisisus. Pasti yang jujur dianggap membahayakan. Pasti yang diam dianggap kekalahan. Dan yang berlalu bersinar, dianggap musuh dan sok menonjol. Maka jangan terlalu bersinar, karena di balik itu ada orang benci dan tidak suka pada kamu.

 

Ada saja orang-orang yang nyaman dalam gelap. Yang akhirnya membuat kamu harus terus belajar. Bahwa kadang bukan kualitasmu yang salah, tapi ruangnya yang belum siap terang. Bukan sinarmu yang salah, tapi ada orang yang senang di dalam gelap. Tidak mau berkolaborasi, tidak mau saling melengkapi. Hanya mau melanggengkan sifat buruk yang namanya arogansi dan subjektivitas.

 

Di dunia kerja, di pergaulan, di organisasi. Selalu ada sebuah ironi, selalu ada paradoks yang memilukan. Bahwa yang nyala sering dimatikan, yang biasa-biasa malah dibiarkan, dan yang bersinar disingkirkan.

 

Tapi jangan pernah kecilkan cahayamu. Teruslah bersinar di tempat lain. Jauhi ruang gelap yang tidak ingin berubah. Karena, bila ada satu ruangan tidak siap, pasti ada ruangan lain sedang menunggumu. Jauhi orang yang nyaman dalam gelap, orang bang bercerita sukses dari mulutnya sendiri, bukan dari orang lain. Tetaplah bersinar dan menebar manfaat untuk orang lain. Salam literasi #CatatanLiterasi #DuniaKerja #PegiatLiterasi

 

Exit mobile version