Kerja bukan sekadar cari gaji, bukan pula seberapa keras bekerja setiap hari. Kerja bukan cuma diukur dari KPI, apalagi sekadar jobdesc. Sebab bagi sebagian besar orang, kerja hanya aktualisasi diri.
Karenanya lebih dari soal gaji, kerja itu soal memilih lingkungan. Untuk membentuk karakter seseorang. Kerja itu membangun mindset orang sekalipun secara diam-diam. Maka lingkungan kerja jadi begitu penting. Sering kali kerja, tentang bagaimana cara orang memperlakukan kita setiap hari?
Semakin lama mengamati dinamika kerja di Indonesia, semakin jelas satu hal: banyak masalah di kantor bukan berasal dari beban kerja, tapi dari cara kita memperlakukan manusia.
Riset McKinsey Indonesia (2023) menyebut alasan terbesar orang bertahan di pekerjaan adalah feeling valued, merasa dihargai sebagai manusia. Itu artinya, hubungan emosional dan rasa dihargai adalah motivasi utama perilaku kerja. Bahkan keterikatan karyawan terhadap pekerjaan sering kali ditentukan oleh kualitas hubungan di lingkungan kerja, bukan soal gaji.
Banyak karyawan terbiasa bekerja dengan hati, konteks, dan kedekatan sosial. Karena itu, meskipun gaji naik, fasilitas bagus, SOP rapi tapi bila lingkungan di kantor buruk, atasan toxic pasti siapapun yang jadi karyawan tidak akan betah. Lebih baik resign atau mundur dari pekerjaan. Maka sulit dibantah, lingkungan kerja begitu berpengaruh terhadap seseorang.
Seperti kata Brené Brown, “Kita bisa memilih untuk masuk ke dalam cerita kita dan memilikinya, atau berdiri di luar cerita kita lalu berjuang untuk membuktikan nilai kita.” Kalau setiap hari kita direndahkan, disepelekan, atau dianggap kecil, jangan heran kalau pelan-pelan self-worth kita ikut turun. Jelas, lingkungan kerja bukan sekadar tempat cari gaji. Tapi seharusnya menjadi tempat untuk membentuk mindset.
Kerja bukan sekadar cari gaji, tapi tempat aktualisasi diri yang nyaman. Dan selama bekerja, jangan lupa siapkan masa pensiun. Karena cepat atau lambat, usia pensiun pasti tiba.
