Literasi Laki-laki: Hanya Tahu Kerja Keras tanpa Bercerita

Ada benarnya,, mereka yang berpendapat “laki-laki hanya tahu bekerja keras tanpa banyak bercerita”. Di luar itu, laki-laki hanya ngopi dan ngopi. Laki-laki yang dibesarkan oleh kerasnya dunia apalagi pengalaman hidup yang pahit pasti tumbuh menjadi laki-laki yang kuat, tidak cengeng.

 

Sangat jarang laki-laki dibentuk oleh kasih sayang. Melainkan oleh pengalaman hidup dan kemandirian, untuk bisa survive di segala keadaan. Secara kodrat, laki-laki diberi fisik yang kuat lagi kokoh untuk menghadapi berbagai tantangan dan kepahitan. Sekalipun secara batin pernah hancur, remuk redam bahkan berantakan, laki-laki harus tetap bertahan dan berjuang untuk dirinya sendiri dan keluarganya.

 

Banyak orang mungkin salah sangka. Saat melihat laki-laki mapan dan tegar, tapi tidak tahu, apa yang sudah dialami si laki-laki. Bagaimana sulitnya menjadi laki-laki yang harus membiasakan diri dengan kepahitan, kesusahan, dan keadaan. Harus terbiasa menjalani hidup seberat apapun. Seperti rumput yang tumbuh di bebatuan, tidak ada air, di atas tanah yang gersang, tapi dia harus tetap tumbuh menjadi rumput yang hijau.

 

Maka, jangan pernah ajari laki-laki soal kesabaran, apalagi kerja keras. Karena banyak orang tidak tahu seperti apa rasanya laki-laki dibenci sekalipun tidak pernah berbuat kejahatan. Betapa laki-laki tetap hidup di tengah prasangka sekalipun bukan penjudi dan pemabuk. Dan mungkin banyak tidak tahu, bagaimana hancur seorang laki-laki ketika tidak ada yang peduli padanya, bahkan se-isi dunia seakan buta bahwa dia butuh perhatian yang sama makhluk lainnya.

 

Dan jangan pula ajari laki-laki tentang moral, karena dia tahu siapa Tuhannya. Namun banyak orang tidak tahu di balik ibadahnya khusyuk selalu dianggap salah oleh segerombolan manusia yang tidak menyukai dirinya. Laki-laki yang tetap berbuat baik sekalipun segudang prasangka buruk disematkan kepadanya. Tetap menebar manfaat di manapun sekalipun tidak sedikit orang yang menebar cerita buruk tentang dirinya. Lali-laki sudah terbiasa dengan kebencian, musuh, bahkan fitnah yang tudak berdasar.

 

Secara fisik, laki-laki memang kuat bahkan jarang bercerita. Saat batinnya terkoyak-koyak, hatinya porak poranda bahkan pikirannya kalut, laki-laki tetap tegar dan mampu menikmati secangkir kopi pahit dengan senyuman.. Laki-laki, sama sekali tidak pandai ber-drama apalagi main sandiwara. Hidupnya bukan tenang-tenang saja tapia pa adanya dan selalu menikmati setiap keadaan. Selalu mengendalikan diri dan hanya mencari solusi untuk dirinya. Laki-laki di mana pun, tidak akan pernah berteriak “Sampai kapan aku seperti ini”.

 

Dunia memang sering tidak adil pada laki-laki. Namun di hati kecilnya selalu ada harapan, agar suatu kali semesta akan memeluk tubuh lelahnya dan mengelap keringatnya untuk memberi berkah dan kesenangan tiada tara. Begitulah laki-laki, sekalipun tetap dapat diperdebatkan keberadaannya. Tapi yang pasti, laki-laki hanya mementingkan bekerja keras dan ngopi bila sudah waktunya. Laki-laki memang harsu berkantong tebal, karena bila tidak, maka harganya diluluh-lantakkan oleh dunia. Sebab titik terendah seorang laki-laki adalah ekonomi, mau seganteng atau sebaik apapun. Salam laki-laki…

Exit mobile version