Obrolan Sesama Teman Kuliah, Tunjukkan Aja Senangmu

Kemarin saat bertemu teman-teman sekelas di zaman kuliah S1 di IKIP Jakarta (sekarang UNJ), saya terjebak pada obrolan menarik. Ternyata, kita sibuk bekerja, berangkat pagi pulang larut malam. Terkadnag, lelah bukan karena pekerjaannya tapi capek karena di perjalanannya. Tapi kita lupa bertanya, mengapa kita melakukan semuanya itu?

 

Kalau dipikir-pikir, begitulah kapitalisme bekerja sangat efektif. Membuat kita sibuk bukan kepalang, hingga lupa waktu telah mengajak pergi ke usia tua. Usia yang tidak lagi bisa petantang-petenteng. Kecuali hanya introspeksi diri, agar hari ini menjadi lebih baik dari hari kemarin?

 

Sementara di luar sana, banyak yang sibuk mempertontonkan gaya hidup. Tapi hari-harinya dipenuhi keluh-kesah, dirasuki pesimisme tentang kehidupan. Seolah-olah dunia tidak punya solusi atas setiap masalah. Padahal, hukum alamnya. Apapaun masalahnya pastia da solusinya. Hanya kita yang mungkin tidak mau belajar, kurang ikhtiar dan tidak punya optimisme yang memadai. Kalah dibandingkan keluh-kesah yang dibuat sendiri.

 

Maka obrolan kami berhenti pada satu pikiran. Bahwa Tidak ada yang peduli atas susahmu, jadi tunjukkan saja senangmu. Kalimat itu memang terdengar sederhana, tapi menyimpan makna yang dalam. Bukan tentang pura-pura senang, pura-pura bahagia. Tapi tentang menyadari bahwa tidak semua orang akan memahami perjuangan kita. Sebab dunia hanya tertarik pada hasil, bukan proses panjang yang kita lalui dengan air mata dan rasa letih.

 

Sudah sebaiknya, jangan banyak keluh-kesah. Jalani prosesnya, nikmati apa yang ada. Daripada menunggu empati dari orang lain yang mungkin tidak akan datang, lebih baik kita bergerak. Lakukan yang baik dan tebarkan manfaat di mana pun. Selagi masih bisa, selagi masih ada waktu yang tersisa. Agar selalu ingat, sebenarnya dari mana kita berasal dan mau ke mana kita pergi?

 

Masalah itu biasa. Agar kita mau refleksi diri, menata diri. Berani merapikan luka, membenahi suka. Hingga tetap tersenyum seolah semua baik-baik saja. Tentu, bukan karena kita tidak Lelah. Tapi karena kita tahu, kekuatan sejati itu bukan terlihat dari tangisan, melainkan dari kemampuan kita tetap berjalan di tengah badai, dengan senyum yang tidak lagi bergantung pada siapa pun.

 

Pesannya sederhana. Tidak ada yang peduli atas susahmu, jadi tunjukkan saja senangmu. Justru di usia yang semakin tua,  kita semakin menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak berharga secara materi, justru memiliki nilai yang lebih bermakna dalam hidup. Untuk terus berbuat baik dan menebar manfaat selagi bisa. Salam literasi!

Exit mobile version