Edukasi Dana Pensiun: Merasa Kerja Keras tapi Tabungan Nggak Bertambah

Ini bisa jadi kenyataan pahit yang dialami banyak pekerja. Banyak pekerja merasa sudah bekerja keras dari pagi sampai malam, tapi tetap hidup dari gaji ke gaji. Sudah kerja keras banting tulang tapi uang nggak nambah-nambah. Tenaga habis, waktu tersita, tapi saldo rekening tidak berubah jauh dari nol. Asal uang masuk dari gaji segera keluar dari ATM. Apa yang salah dengan kerja keras?

 

Bukan malas, mungkin karena arah kerja kerasnya salah. Bekerja keras, iya tapi bukan bekerja cerdas. Kerja keras hanya sebatas rutinitas yang diulang tanpa hasil baru, tanpa perencanaan keuangan yang lebih baik. Dan itulah jebakan yang membuat banyak pekerja tetap sibuk, tapi tidak pernah merasa punya uang, apalagi punya dana pensiun untuk hari tuanya.

 

Mungkin masalahnya bukan pada kerja kerasnya. Tapi pada cara piker tentang uang yang belum pas. Kerja ibarat berlari secepat mungkin, tapi kalau arahnya salah, tentu malah semakin jauh dari tujuan. Banyak lupa, uang tidak datang hanya karena capek. Uang datang dari berapa nilai yang dihasilkan, cara mengelolanya, dan keputusan finansial yang diambil dengan sadar, termasuk untuk menyiapkan masa pensiun.

 

Merasa sudah kerja keras tapi uang nggak nambah-nambah. Bisa jadi begitu karena kita kerja untuk uang, bukan bikin uang bekerja untuk. Mayoritas pekerja memang terjebak dalam pola yang sama: menukar waktu untuk uang. Semakin banyak waktu yang dihabiskan, dipikir semakin besar hasilnya. Padahal waktu itu terbatas, sementara sistem bisa bekerja tanpa batas. Pekerja yang sejahtera bukan karena bekerja paling lama, tapi karena tahu bagaimana mengelola uangnya. Wajar, tidak sedikit pekerja yang bekerja hanya untuk “bertahan hidup” atas dalih apapun. Tidak punya perencanan keuangan dan buru-buru bilang “gaji habis untuk kebutuhan sehari-hari”, apa iay begitu?

 

Banyak pekerja tidak sadar. Sibuk kerja keras tapi nggak punya arah atas uangnya. Lupa, uang mengikuti nilai, bukan berapa lama kita bekerja. Tidak punya tekad dan ikhtiar untuk menabung, malah terjerembab ke dalam gaya hidup. Perilakunya konsumtif untuk terlihat punya uang, bukan belajar cara mengelola uang sekalipun jumlahnya kecil.

 

Hari ini tidak sedikit pekerja yang sibuk memamerkan hasil kerja kerasnya, bukan memanfaatkannya untuk menabung. Beli gadget terbaru, internet bulanan ratusan ribu,, nongkrong di kafe dan tempat mahal, gonta-ganti gaya hidup, dari gowes pindah ke padel. Hanya agar terlihat trendy dan sukses dari kerjanya. Padahal, semakin kita ingin dilihat kaya, justru semakin jauh kita dari kaya yang sebenarnya.

 

Literasi keuangan sudah mengajarkan. Orang kaya tidak memamerkan kemewahan, mereka justru menanam benih kekayaan. Mereka tahu kapan menunda kepuasan hari ini untuk hidup nyaman di jangka panjang. Bila setiap naik gaji diikuti gaya hidup yang meningkat, sudah pasti tidak akan naik level. tetap saja merasa kurang, cuma ganti versi dari keadaan kurang jadi lebih mahal sedikit. Itulah sebab sudah kerja keras tapi uang nggak nambah-nambah.

 

Uang memang tidak akan menghargai kerja keras siapapun. Karena uang hanya menghargai Keputusan finansial yang baik, cara mengelolanya dengan bijak. Bekerja keras 12 jam sehari, tapi kalau arahnya salah, maka sistem uangnya bocor dan pola piker pasti konsumtif. Ujungnya, uang nggak nambah-nambah. Hidup tetap begini-begini saja atau begitu-begitu saja. Jadi bukan di kerja kerasnya tapi di cara mengatur uangnya. Berani mengambil keputusan untuk menabung sejak dini, untuk pendidikan anak, untuk naik haji atau untuk dana pensiun saat tidak bekerja lagi. Jangan gampang membantah, gaji habis untuk keperluan bulanan sebelum ikhtiar.

 

Kita sering lupa, dunia tidak memberi hadiah untuk orang yang paling sibuk. Tapi untuk mereka yang mau Bersiap diri soal keuangan, orang yang paling fokus pada kebutuhan bukan keinginan. Maka berhentilah sekadar kerja keras, mulailah untuk kerja cerdas dengan merencanakan keuangan diri sendiri, untuk apa uangnya?

 

Mulailah berpikir jangka panjang, Bersiap tentang masa pensiun. Karena cepat atau lambat, semua pekerja pasti akan pensiun. Jadikan uang sebagai alat, bukan pusat hidup. Karena pada akhirnya, kekayaan sejati bukan tentang seberapa besar kita menghasilkan, tapi seberapa baik kita mengelolanya. Dan besok, hanya mereka yang berani mengubah cara berpikir, yang akhirnya bisa mengubah nasib finansialnya di masa depan. Itulah pentingnya keseimbanga. Meskipun kerja keras penting, tapi hidup sejahtera dan nyaman juga butuh seimbang. Ada yang dihabiskan untuk kebutuhan, ada yang disisihkan untuk tabungan. Ketahuilah, orang yang di masa tuanya Sejahtera bukan yang paling lama bekerja tapi yang paling berani menyiapkan masa pensiunnya. Salam literasi!

Exit mobile version